
Perang Dagang AS-UE Dorong Koreksi Harga Obligasi RI
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
10 April 2019 18:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup terkoreksi pada penutupan pasar hari ini di tengah ancaman perang dagang baru antara Eropa-AS.
Koreksi harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 3,1 basis poin (bps) menjadi 8,22%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Tiga seri acuan lain juga terkoreksi dengan besaran kenaikan yield lebih kecil.
Yield Obligasi Negara Acuan 10 Apr'19
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.
Indeks tersebut turun 0,07 poin (0,03%) menjadi 247,02 dari posisi kemarin 247,1.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 518 bps, melebar dari posisi kemarin 513 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,48% dari posisi kemarin 2,52%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-5 tahun dan 2 tahun-5 tahun, tetapi hal tersebut masih lumrah sejak Agustus 2018.
Inversi yang lebih ditunggu dan diperhatikan pelaku pasar adalah inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang lebih mencerminkan ketakutan pasar terhadap prospek ekonomi AS.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 10 Apr 2019
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 365,47 triliun SBN, atau 38,14% dari total beredar Rp 2.531 triliun berdasarkan data per 9 April.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 72,22 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas yang turun 0,9%.
Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi terjadi di Brasil, China, Malaysia, Filipina, dan Rusia sedangkan yang lain masih menguat.
Di negara maju, penguatan terjadi di pasar OAT Perancis, gilt Inggris, JGB Jepang, dan US Treasury AS.
Hal tersebut mencerminkan bahwa investor global masih memburu instrumen yang dianggap lebih aman di tengah ancaman perang dagang baru antara Eropa-AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Koreksi harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 3,1 basis poin (bps) menjadi 8,22%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Tiga seri acuan lain juga terkoreksi dengan besaran kenaikan yield lebih kecil.
Yield Obligasi Negara Acuan 10 Apr'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 9 Apr'19 (%) | Yield 10 Apr'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 10 Apr'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.16 | 7.168 | 0.80 | 7.1225 |
FR0078 | 10 tahun | 7.656 | 7.668 | 1.20 | 7.6403 |
FR0068 | 15 tahun | 8.068 | 8.098 | 3.00 | 8.0665 |
FR0079 | 20 tahun | 8.195 | 8.226 | 3.10 | 8.2106 |
Avg movement | 2.03 |
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.
Indeks tersebut turun 0,07 poin (0,03%) menjadi 247,02 dari posisi kemarin 247,1.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 518 bps, melebar dari posisi kemarin 513 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,48% dari posisi kemarin 2,52%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-5 tahun dan 2 tahun-5 tahun, tetapi hal tersebut masih lumrah sejak Agustus 2018.
Inversi yang lebih ditunggu dan diperhatikan pelaku pasar adalah inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang lebih mencerminkan ketakutan pasar terhadap prospek ekonomi AS.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 10 Apr 2019
Seri | Benchmark | Yield 9 Apr'19 (%) | Yield 10 Apr'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.429 | 2.43 | 3 bulan-5 tahun | 14 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.344 | 2.333 | 2 tahun-5 tahun | 4.3 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.302 | 2.288 | 3 tahun-5 tahun | -0.2 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.304 | 2.29 | 3 bulan-10 tahun | -5.6 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.499 | 2.486 | 2 tahun-10 tahun | -15.3 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 365,47 triliun SBN, atau 38,14% dari total beredar Rp 2.531 triliun berdasarkan data per 9 April.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 72,22 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas yang turun 0,9%.
Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi terjadi di Brasil, China, Malaysia, Filipina, dan Rusia sedangkan yang lain masih menguat.
Di negara maju, penguatan terjadi di pasar OAT Perancis, gilt Inggris, JGB Jepang, dan US Treasury AS.
Hal tersebut mencerminkan bahwa investor global masih memburu instrumen yang dianggap lebih aman di tengah ancaman perang dagang baru antara Eropa-AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 9 Apr'19 (%) | Yield 10 Apr'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.99 | 8.99 | 0.00 |
China | 3.292 | 3.33 | 3.80 |
Jerman | -0.005 | -0.004 | 0.10 |
Perancis | 0.345 | 0.343 | -0.20 |
Inggris | 1.104 | 1.103 | -0.10 |
India | 7.374 | 7.365 | -0.90 |
Jepang | -0.044 | -0.054 | -1.00 |
Malaysia | 3.791 | 3.791 | 0.00 |
Filipina | 6.037 | 6.037 | 0.00 |
Rusia | 8.34 | 8.34 | 0.00 |
Singapura | 2.083 | 2.064 | -1.90 |
Thailand | 2.465 | 2.46 | -0.50 |
Amerika Serikat | 2.499 | 2.488 | -1.10 |
Afrika Selatan | 8.515 | 8.495 | -2.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular