Ekonomi Global Loyo, Bursa Saham Asia Berakhir Bervariasi

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 April 2019 17:47
Bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan bervariasi pada perdagangan hari ini.
Foto: Kospi (REUTERS/Kim Hong-Ji)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan bervariasi pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei turun 0,53%, indeks Hang Seng turun 0,13%, indeks Shanghai naik 0,07%, indeks Straits Times naik 0,06%, dan indeks Kospi naik 0,49%.

Dorongan beli bagi bursa saham kawasan Asia masih datang dari optimisme terkait damai dagang AS-China. Sepanjang pekan lalu, AS dan China menggelar negosiasi dagang selama 3 hari di Washington, pasca negosiasi digelar juga pada pekan sebelumnya di Beijing.

Dalam negosiasi pekan lalu di Washington, delegasi AS masih dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi China tetap dikomandoi oleh Liu He yang merupakan Wakil Perdana Menteri.

Liu He mengatakan bahwa sebuah konsensus baru terkait dengan teks kesepakatan dagang kedua negara telah dicapai, seperti dilaporkan oleh media milik pemerintah China Xinhua yang dikutip dari CNBC International.

Lebih lanjut, Presiden China Xi Jinping melalui sebuah pesan yang dititipkan kepada Liu He mengatakan kepada Presiden AS Donald Trump bahwa kedua belah pihak telah mencapai perkembangan yang baru dan substansial terkait dengan isu-isu penting bidang perdagangan dalam sebulan terakhir, masih dilaporkan oleh Xinhua yang dikutip dari CNBC International.

Pada pekan ini, dialog dagang kedua negara dilanjutkan melalui video conference.

Di sisi lain, perlambatan ekonomi dunia yang kian terasa membatasi aksi beli yang dilakukan investor. Selepas serangkaian data ekonomi yang mengecewakan dari negara-negara maju, International Monetary Fund (IMF) akhirnya memangkas proyeksi mereka atas pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3,3%, dari yang sebelumnya 3,5% pada proyeksi yang dibuat bulan Januari.

Perekonomian AS diproyeksikan hanya akan tumbuh sebesar 2,3% pada tahun ini, turun dari proyeksi yang dibuat pada bulan Januari sebesar 2,5%. Sebagai informasi, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9% pada tahun 2018. Jika proyeksi dari IMF menjadi kenyataan, bisa dikatakan bahwa perekonomian AS mengalami hard landing pada tahun ini.

Negara-negara kawasan Asia pun tak lepas dari sasaran IMF. Christine Lagarde dan kolega mematok perekonomian China tumbuh sebesar 6,3% pada tahun ini, mengimplikasikan kenaikan dari proyeksi pada bulan Januari yang sebesar 6,2%. Namun, target pertumbuhan ekonomi untuk tahun depan dipangkas menjadi 6,1%, dari yang sebelumnya 6,2%.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Hong Kong pada tahun ini ditargetkan di level 2,7%, lebih rendah dibandingkan proyeksi pada Oktober 2018 yang sebesar 2,9%.

Sebagai informasi, IMF mencatat bahwa perekonoian China tumbuh sebesar 6,6% pada tahun lalu, sementara perekonomian Hong Kong tumbuh sebesar 3%.

Selain karena revisi ke bawah atas target pertumbuhan ekonomi global (yang juga menerpa negara-negara Asia), data ekonomi yang mengecewakan ikut memberikan tekanan terhadap bursa saham Benua Kuning.

Pada hari ini, pemesanan mesin di Jepang periode Februari 2019 hanya diumumkan tumbuh sebesar 1,8% secara bulanan, jauh di bawah konsensus yang sebesar 2,5%, seperti dilansir dari Trading Economics.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Bursa Saham Asia Berguguran, Hanya IHSG yang Hijau!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular