
Meski Laba Naik 57%, BYAN Cuma Dapat Rating BB- dari Fitch
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
10 April 2019 15:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat global Fitch Ratings (Fitch), menetapkan peringkat BB- kepada PT Bayan Resources Tbk (BYAN), salah satu perusahaan produsen batu bara tanah air.
Sebagai informasi, rating BB(-) mengindikasikan kerentanan tinggi terhadap resiko gagal bayar, terutama jika terjadi perubahan yang merugikan aktifitas bisnis atau ekonomi dari waktu ke waktu.
Fitch menilai bahwa BYAN mampu mencatatkan kinerja keuangan yang sesuai ekspektasi, dimana penjualan batu bara perusahaan di tahun 2018 mencapai 28,9 juta ton.
Alhasil, total pendapatan perusahaan melesat naik 57,08% year-on-year (YoY) menjadi US$ 1,68 miliar atau setara Rp 24,28 triliun (Kurs Rp 14.481/US$).
Total pendapatan perusahaan melesat naik 57,08% YoY menjadi US$ 1,68 miliar atau setara Rp 24,28 triliun (Kurs Rp 14.481/US$). Jika dirinci, pos penjualan BYAN terdiri dari penjualan batu bara US$ 1,66 miliar dan sisanya US$ 20,76 juta untuk penjualan non batu bara
Namun, perlu dicatat bahwa pertumbuhan penjualan tahun 2018, masih dibawah kenaikan tahun 2017 yang mencapai 92,15% YoY.
Dalam laporannya Fitch menginformasikan bahwa meskipun perusahaan optimistis tahun ini mampu meningkatkan penjualan batu baru menjadi sekitar 33-39 juta ton, tapi masih ada beberapa halangan yang memberatkan.
Pertama, harga batu bara yang terkoreksi cukup dalam di awal tahun ini. Pasalnya sejak awal tahun, harga batu bara Newcastle telah turun sekitar 20% menjadi US$ 81/metrik ton. Batu Bara jenis Newcastle sering dijadikan acuan untuk harga batu bara dunia.
Kedua, pada bulan Maret BYAN menghadapi kondisi 'kahar' atau force majuere atas pengiriman hasil produksinya dari Tambang Bara Tabang karena rendahnya tingkat permukaan air sungai. Jika kondisi yang sama terulang, maka akan mempengaruhi reputasi perusahaan yang memungkinkan pelanggannya untuk tidak memperbaharui kontrak.
Namun, insiden tersebut diyakini tidak akan memberikan dampak besar pada performa BYAN. Alasannya, insiden serupa pernah terjadi di tahun 2015-2016 yang mengakibatkan penundaan pengiriman. Akan tetapi, tidak ada efek signifikan pada volume penjualan perusahaan.
Di lain pihak, masih melansir laporan yang sama, BYAN juga berencana membangun jalan sepanjang 100 km dari konsesi miliknya di Tabang ke Sungai Mahakam sebagai rute alternatif pengiriman batu bara. Rencananya proyek akan selesai pada tahun 2021-2022.
Perusahaan juga telah selesai mengakuisisi produsen bata bara asal Australia, Kangaroo Resources Limited (KRL). Hasil akuisisi ini diharapkan mampu meningkatkan umur cadangan batu bara BYAN menjadi lebih dari 20 tahun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Saham Bayan Diborong Crazy Rich Low Tuck Kwong, Ada Apa?
Sebagai informasi, rating BB(-) mengindikasikan kerentanan tinggi terhadap resiko gagal bayar, terutama jika terjadi perubahan yang merugikan aktifitas bisnis atau ekonomi dari waktu ke waktu.
Fitch menilai bahwa BYAN mampu mencatatkan kinerja keuangan yang sesuai ekspektasi, dimana penjualan batu bara perusahaan di tahun 2018 mencapai 28,9 juta ton.
Total pendapatan perusahaan melesat naik 57,08% YoY menjadi US$ 1,68 miliar atau setara Rp 24,28 triliun (Kurs Rp 14.481/US$). Jika dirinci, pos penjualan BYAN terdiri dari penjualan batu bara US$ 1,66 miliar dan sisanya US$ 20,76 juta untuk penjualan non batu bara
Namun, perlu dicatat bahwa pertumbuhan penjualan tahun 2018, masih dibawah kenaikan tahun 2017 yang mencapai 92,15% YoY.
Dalam laporannya Fitch menginformasikan bahwa meskipun perusahaan optimistis tahun ini mampu meningkatkan penjualan batu baru menjadi sekitar 33-39 juta ton, tapi masih ada beberapa halangan yang memberatkan.
Pertama, harga batu bara yang terkoreksi cukup dalam di awal tahun ini. Pasalnya sejak awal tahun, harga batu bara Newcastle telah turun sekitar 20% menjadi US$ 81/metrik ton. Batu Bara jenis Newcastle sering dijadikan acuan untuk harga batu bara dunia.
Kedua, pada bulan Maret BYAN menghadapi kondisi 'kahar' atau force majuere atas pengiriman hasil produksinya dari Tambang Bara Tabang karena rendahnya tingkat permukaan air sungai. Jika kondisi yang sama terulang, maka akan mempengaruhi reputasi perusahaan yang memungkinkan pelanggannya untuk tidak memperbaharui kontrak.
Namun, insiden tersebut diyakini tidak akan memberikan dampak besar pada performa BYAN. Alasannya, insiden serupa pernah terjadi di tahun 2015-2016 yang mengakibatkan penundaan pengiriman. Akan tetapi, tidak ada efek signifikan pada volume penjualan perusahaan.
Di lain pihak, masih melansir laporan yang sama, BYAN juga berencana membangun jalan sepanjang 100 km dari konsesi miliknya di Tabang ke Sungai Mahakam sebagai rute alternatif pengiriman batu bara. Rencananya proyek akan selesai pada tahun 2021-2022.
Perusahaan juga telah selesai mengakuisisi produsen bata bara asal Australia, Kangaroo Resources Limited (KRL). Hasil akuisisi ini diharapkan mampu meningkatkan umur cadangan batu bara BYAN menjadi lebih dari 20 tahun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Saham Bayan Diborong Crazy Rich Low Tuck Kwong, Ada Apa?
Most Popular