Bertahan di Zona Hijau, IHSG Naik 0,78% Sesi I

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 April 2019 12:29
Bertahan di Zona Hijau, IHSG Naik 0,78% Sesi I
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat 0,14%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan sesi 1 dengan penguatan sebesar 0,78% ke level 6.475,63. IHSG tak pernah sekalipun merasakan pahitnya zona merah pada perdagangan hari ini.

IHSG berhasil bangkit selepas kemarin (8/4/2019) sempat melemah lebih dari 1% pada saat perdagangan intraday dan ditutup melemah 0,75%.

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,04%, indeks Shanghai naik 0,14%, indeks Hang Seng naik 0,29%, dan indeks Straits Times naik 0,21%.

Koreksi yang sudah dalam pada perdagangan kemarin membuka ruang bagi pelaku pasar saham Indonesia untuk melakukan aksi beli. Terlebih, kondisi saat ini memang terbilang masih mendukung.

Sepanjang pekan lalu, AS dan China menggelar negosiasi dagang selama 3 hari di Washington, pasca negosiasi digelar juga pada pekan sebelumnya di Beijing.

Dalam negosiasi pekan lalu di Washington, delegasi AS masih dipimpin oleh Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi China tetap dikomandoi oleh Liu He yang merupakan Wakil Perdana Menteri.

Liu He mengatakan bahwa sebuah konsensus baru terkait dengan teks kesepakatan dagang kedua negara telah dicapai, seperti dilaporkan oleh media milik pemerintah China Xinhua yang dikutip dari CNBC International.

Dialog dagang kedua negara kemudian berlanjut pekan ini melalui video conference.

Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.

Jika kedua negara bisa mencapai kesepakatan dagang, ada kemungkinan bahwa pengenaan bea masuk tersebut akan dihapuskan dan mendorong laju perekonomian kedua negara. Hal ini menjadi sangat penting guna mencegah perekonomian China mengalami hard landing pada tahun ini.

Sebagai informasi, pemerintah China belum lama ini resmi memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini menjadi di kisaran 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%.
Secara sektoral, sektor barang konsumsi (+0,7%) menjadi salah satu sektor utama yang memotori penguatan IHSG.

Saham-saham konsumer menjadi buruan investor seiring dengan penjualan barang-barang ritel yang membukukan kenaikan signifikan.

Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dirilis Bank Indonesia (BI) pada hari ini, penjualan barang-barang ritel diketahui melesat hingga 9,1% secara tahunan pada Februari 2019, mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yakni pertumbuhan sebesar 1,5%.

Lebih lanjut, angka sementara untuk pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 adalah sebesar 8%, juga jauh mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,5%.

Saham-saham konsumer yang diburu investor di antaranya: PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (+1,39%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+1,35%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+0,89%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (+0,77%), dan PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+0,27%). Aksi beli yang dilakukan investor asing ikut berkontribusi dalam mendorong IHSG ke zona hijau. Hingga akhir sesi 1, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 323,7 miliar di pasar saham tanah air.

Penguatan rupiah melandasi aksi beli yang dilakukan investor asing. Hingga siang hari, rupiah menguat 0,14% di pasar spot ke level Rp 14.140/dolar AS. Dolar AS memang sedang berada dalam posisi yang lemah, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang terkoreksi 0,06%.

Dolar AS dilego investor seiring dengan keyakinan yang kian besar bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS tidak akan menaikkan tingkat suku bunga acuan pada tahun ini. Pasalnya, data ekonomi teranyar yang dirilis di Negeri Paman Sam mengonfirmasi adanya perlambatan ekonomi.

Kemarin, pemesanan produk manufaktur made in USA periode Februari 2019 diumumkan turun 0,5% secara bulanan. Penyebab utamanya adalah penurunan permintaan pesawat terbang (-31,1% MoM) menyusul tragedi yang menimpa Boeing.

Saham-saham yang banyak dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 45,7 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 44,9 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 39,2 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 32 miliar), dan PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (Rp 25,5 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular