Konflik Bersenjata Libya Picu Kenaikan Harga Minyak

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
09 April 2019 09:26
Harga minyak dunia meroket pasca konflik bersenjata yang kembali pecah di salah satu negara penghasil minyak, Libia.
Foto: Ilustrasi: Fasilitas minyak terlihat di Danau Maracaibo di Cabimas, Venezuela, 29 Januari 2019. REUTERS / Isaac Urrutia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia meroket pasca konflik bersenjata yang kembali pecah di salah satu negara penghasil minyak, Libya.

Konflik tersebut membuat pasokan minyak dari Libya akan sulit untuk keluar. Membuat peredaran minyak mentah di pasar global semakin seret.

Alhasil pada perdagangan Senin (8/4/2019) harga minyak Brent naik 1,08%, sedangkan jenis light sweet (WTI) meroket hingga 2,09%.
Pada hari Senin (8/4/2019) pukul 20:20 WIB, Reuters mengabarkan bahwa serangan udara telah terjadi pada satu-satunya bandara di ibukota Libia,Tripoli.

Serangan ini merupakan yang pertama kali terjadi setelah kejatuhan Muammar Gaddafi pada tahun 2011.

Dalam serangan tersebut 25 orang dikabarkan tewas, sementara 80 orang lain mengalami luka-luka.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa 2.800 orang telah diungsikan sementara banyak pula yang terjebak di area konflik.

Sebagai informasi, kapasitas produksi minyak Libya mencapai 1,1 juta barel/hari, sedangkan jumlah ekspor pada bulan Maret tercatat sebesar 980.000 barel/hari.

Disamping itu kemarin malam, perusahaan intelejen pasar, Genscape mengungkapkan bahwa inventori di pusat distribusi Cushing, Oklahoma turun hingga 419.000 barel pada minggu lalu.

Artinya permintaan di Amerika Serikat (AS) masih cukup terjaga disamping pasokan yang semakin ketat. Mengingat minyak yang diperdagangkan di AS adalah jenis light sweet, maka tak heran kabar ini membuat penguatannya lebih besar ketimbang jenis Brent.



Namun demikian, tampaknya harga minyak sudah kehabisan energi setelah meroket kemarin.

Pasalnya pada perdagangan Selasa (9/4/2019) koreksi harga tak bisa dihindari.

Hingga pukul 09:15 WIB, harga Brent turun 0,2% ke posisi US$ 70,98/barel. Adapun jenis light sweet melemah 0,08% ke posisi US$ 64,35/barel.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular