Pekan Ini Harga Minyak Dunia Bukan Lari, Tapi Sprint!

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
06 April 2019 19:38
Pekan Ini Harga Minyak Dunia Bukan Lari, Tapi Sprint!
Foto: File Photo: Saudi Aramco (REUTERS/Ahmed Jadallah/File Photo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga si emas hitam melesat sepanjang pekan ini. Bukan karena sentimen resesi ekonomi yang akan menggerus permintaan seperti pekan kemarin.

Namun, dikarenakan ekspektasi naiknya permintaan minyak dan proyeksi pasokan yang semakin menipis karena sanksi AS ke Venezuela serta aksi militer yang sedang terjadi di Libia.

Sentimen tersebut mampu mendongkrak harga minyak jenis Brent ke level US$ 70,34 dimana merupakan capaian tertinggi sejak 8 November 2018. Dalam sepekan minyak jenis Brent naik hingga 2,85% dari sebelumnya US$ 68,39/barel pada Jumat pekan lalu (29/03/2019).

Kenaikan harga minyak jenis Light Sweet bahkan lebih dahsyat yaitu sebesar 4,89% menjadi US$ 63,08/barel yang juga merupakan rekor tertingginya dalam 5 bulan belakangan.

Sebagai informasi minyak jenis Brent merupakan acuan untuk perdagangan di Eropa, sedangkan minyak jenis Light Sweet adalah acuan untuk pasar Amerika Serikat (AS)



Pada penutupan perdagangan Jumat (5/4/2019) harga minyak kembali ditutup menguat karena rilis data ketenagakerjaan Negeri Paman Sam yang fantastis meredakan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dunia.

Pada hari Jumat Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan bahwa pada bulan Maret perekonomian AS mampu menyerap 196.000 tenaga kerja, naik signifikan dari capaian Februari yang hanya 33.000 tenaga kerja, dilansir Forex Factory.

Analis Komoditas Josh Graves dari RJO Futures menuturkan rilis data tenaga kerja AS akan mampu menahan harga minyak di atas level US$ 60/barel, dilansir Reuters.

"Data ini akan cukup untuk membuat kita (harga minyak dunia) pada posisi di atas US$ 60/barel, setidaknya selama beberapa minggu," ujarnya di Chicago.

Lebih lanjut, optimisme bahwa Washington dan Beijing akan segera mencapai kesepakatan dagang juga mendongkrak kenaikan harga minyak. Di awal pekan harga minyak dunia naik karena Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) kukuh menjalankan program pemangkasan produksi sekitar 1,2 juta barel/hari yang dipicu oleh keputusan dari Saudi Arabia.

Lalu, pengenaan sanksi AS atas ekspor minyak mentah Venezuela dan Iran menyebabkan pasokan minyak mentah dari kedua negara tersebut turun drastis.

Sebagai informasi, sanksi yang diberikan AS kepada Iran adalah akibat dari program nuklir Negeri Persia. Sehingga AS melarang negara sekutunya untuk membeli minyak dari Iran.

Kemudian sanksi kepada Venezuela dikarenakan pemerintahan Washington tidak lagi mengakui kepemimpinan Presiden Venuzuela Nicholas Maduro. Alhasil, berbagai tekanan diberikan untuk memperlemah posisi Maduro.

Keterbatasan minyak dari Venezuela semakin diperparah karena krisis energi yang sedang dihadapi negara tersebut. Akibatnya, beberapa fasilitas produksi minyak dan pelabuhan penting di Venezuela tidak dapat beroperasi.

Lebih lanjut, aksi militer yang sedang terjadi Libia dapat menghambat distribusi minyak dunia, sehingga dapat mendorong kenaikan harga minyak.

Pada hari Kamis (4/4/2019) konflik semakin membara setelah Komandan Militer Libia Khalifa Haftar memerintahkan pasukannya pergi ke Tripoli (ibukota Libia), dilansir Reuters.

Jika situasi politik yang menjerat negara-negara OPEC terus berlangsung, tentunya keran pasokan minyak akan semakin seret dan memicu harga minyak untuk terus melesat.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular