
Dikepung Isu Resesi AS sampai Harga Minyak, Rupiah Lesu
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 March 2019 10:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah sepanjang pekan ini. Isu resesi AS menjadi faktor utama penekan mata uang Tanah Air.
Sepanjang pekan ini, rupiah melemah 0,53% di hadapan dolar AS. Mata uang Negeri Paman Sam kembali menyentuh kisaran Rp 14.200.
Isu besar yang membayangi gerak rupiah sepanjang pekan ini adalah ancaman resesi di AS. Kekhawatiran mengenai resesi datang dari perkembangan di pasar obligasi pemerintahan Presiden Donald Trump.
Sejak akhir pekan sebelumnya, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS mengalami inversi di tenor 3 bulan dan 10 tahun. Yield untuk tenor 3 bulan lebih tinggi ketimbang yang 10 tahun, dan itu tidak normal. Artinya investor menilai risiko yang dihadap dalam waktu dekat lebih tinggi dibandingkan jangka panjang.
Kecemasan ini membuat investor mencari selamat masing-masing dengan berlindung di aset aman (safe haven). Apapun yang terjadi, dolar AS adalah salah satunya.
Tingginya permintaan terhadap dolar AS membuat mata uang ini menguat tajam. Sepanjang pekan ini, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melesat dengan penguatan 0,65%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Selain kecemasan terhadap resesi di AS, rupiah juga tertekan karena kenaikan harga minyak yang signifikan. Seminggu ini, harga minyak jenis brent melonjak 2,03%. Sedangkan light sweet melesat 1,86%.
Kenaikan harga minyak bukan kabar baik buat rupiah. Sebab, kenaikan harga minyak akan membuat biaya impor komoditas ini semakin mahal. Sementara Indonesia harus terus mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri karena produksi yang belum memadai.
Biaya impor minyak yang meningkat tentu memberikan tekanan kepada transaksi berjalan (current account). Jika defisit transaksi berjalan semakin lebar gara-gara impor minyak, maka rupiah akan rentan melemah karena fondasinya yang rapuh.
Dari dalam negeri, sepertinya tekanan terhadap rupiah datang dari tingginya permintaan valas korporasi. Pada akhir kuartal I, biasanya korporasi memang harus membayar kewajiban dividen atau pembayaran pokok/bunga utang.
Rupiah pun mengalami tekanan jual karena banyak penukaran ke valas demi pemenuhan kewajiban korporasi. Jadi tidak heran nilainya melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Sepanjang pekan ini, rupiah melemah 0,53% di hadapan dolar AS. Mata uang Negeri Paman Sam kembali menyentuh kisaran Rp 14.200.
Sejak akhir pekan sebelumnya, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS mengalami inversi di tenor 3 bulan dan 10 tahun. Yield untuk tenor 3 bulan lebih tinggi ketimbang yang 10 tahun, dan itu tidak normal. Artinya investor menilai risiko yang dihadap dalam waktu dekat lebih tinggi dibandingkan jangka panjang.
Kecemasan ini membuat investor mencari selamat masing-masing dengan berlindung di aset aman (safe haven). Apapun yang terjadi, dolar AS adalah salah satunya.
Tingginya permintaan terhadap dolar AS membuat mata uang ini menguat tajam. Sepanjang pekan ini, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melesat dengan penguatan 0,65%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Selain kecemasan terhadap resesi di AS, rupiah juga tertekan karena kenaikan harga minyak yang signifikan. Seminggu ini, harga minyak jenis brent melonjak 2,03%. Sedangkan light sweet melesat 1,86%.
Kenaikan harga minyak bukan kabar baik buat rupiah. Sebab, kenaikan harga minyak akan membuat biaya impor komoditas ini semakin mahal. Sementara Indonesia harus terus mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri karena produksi yang belum memadai.
Biaya impor minyak yang meningkat tentu memberikan tekanan kepada transaksi berjalan (current account). Jika defisit transaksi berjalan semakin lebar gara-gara impor minyak, maka rupiah akan rentan melemah karena fondasinya yang rapuh.
Dari dalam negeri, sepertinya tekanan terhadap rupiah datang dari tingginya permintaan valas korporasi. Pada akhir kuartal I, biasanya korporasi memang harus membayar kewajiban dividen atau pembayaran pokok/bunga utang.
Rupiah pun mengalami tekanan jual karena banyak penukaran ke valas demi pemenuhan kewajiban korporasi. Jadi tidak heran nilainya melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular