Semangat, Rupiah! Jangan Mau Melemah 3 Hari Beruntun!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 March 2019 08:35
Semangat, Rupiah! Jangan Mau Melemah 3 Hari Beruntun!
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta,  CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Namun penguatan itu ternyata tidak bisa bertahan lama. 

Pada Jumat (29/3/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.235 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,01% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Namun rupiah tidak lama bertahan di zona hijau. Sebab pada pukul 08:19 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.242 di mana rupiah melemah 0,04%. 

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan depresiasi 0,33%. Hari sebelumnya, rupiah melemah 0,18%. Jadi apabila rupiah melemah lagi, maka mata uang Tanah Air terdepresiasi selama 3 hari beruntun. 

Tidak hanya rupiah, pagi ini sejumlah mata uang Asia juga melemah di hadapan dolar AS. Mereka adalah yuan China, rupee India, won Korea Selatan, ringgit Malaysia, dan peso Filipina. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:15 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dolar AS belum kehilangan keperkasaannya. Pada pukul 08:16 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) masih menguat 0,01%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini melesat dengan penguatan 1,1%. 

 

Penguatan dolar AS disebabkan oleh masih adanya kekhawatiran mengenai risiko resesi di AS. Maklum, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan dan 10 tahun masih mengalami inversi, yield tenor pendek tinggi dibandingkan tenor panjang. 

Pada pukul 08:21 WIB, yield obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan ada di 2,4326%. Sedangkan yang 10 tahun adalah 2,3928%. 

Dalam 50 tahun terakhir, terjadinya resesi di Negeri Paman Sam selalu diawali oleh inversi yield di dua tenor tersebut. Oleh karena itu, pelaku pasar belum bisa sepenuhnya move on dari sentimen ancaman resesi sehingga tetap menjadikan dolar AS sebagai salah satu tujuan utama. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Namun sejatinya penguatan dolar AS tertahan akibat prospek damai dagang AS-China yang semakin nyata. Kemarin, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer tiba di Beijing untuk melanjutkan dialog dagang dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He. 

Seorang sumber di lingkaran delegasi AS, seperti dikutip Reuters, mengungkapkan bahwa China telah melangkah lebih jauh dalam perundingan kali ini. Beijing kini sangat serius di bidang pelarangan kewajiban transfer teknologi. 

"Mereka bicara soal transfer teknologi, tetapi di level yang tidak seperti biasanya. Baik dalam hal lingkup maupun detilnya," tutur sang sumber. 

Dalam perundingan bulan lalu, Washington-Beijing sudah menyepakati perjanjian yang meliputi enam poin yaitu transfer teknologi dan pencurian siber, perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual, jasa keuangan, mata uang, pertanian, dan penghapusan hambatan non-tarif di bidang perdagangan. Namun sang sumber menyatakan perundingan kali ini berbeda. 

"Kalau Anda melihat teks bulan lalu dan membandingkan dengan yang sekarang, harus diakui bahwa kami sudah melangkah maju," tegasnya. 

Keseriusan China untuk berdamai dengan AS tentu membuat prospek damai dagang kedua negara semakin besar. Dengan terwujudnya damai dagang, maka arus perdagangan global akan membaik, investasi meningkat, konsumsi rumah tangga bertambah, dan hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi yang lebih solid.  

Sentimen damai dagang sedikit banyak memancing investor untuk berani mengambil risiko, tidak terlalu main aman. Akibatnya meski rupiah saat ini melemah, tetapi pelemahannya tipis saja dan bahkan masih berpotensi untuk kembali menguat seperti kala pembukaan pasar.   


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular