Di Kurs Tengah BI dan Pasar Spot, Rupiah Takluk Oleh Dolar

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
28 March 2019 10:39
Di Kurs Tengah BI dan Pasar Spot, Rupiah Takluk Oleh Dolar
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Seperti halnya di pasar spot, dolar AS di kurs tengah BI pun dihargai semakin tinggi.

Pada Kamis (28/3/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.255. Rupiah melemah 0,37% dibandingkan posisi perdagangan hari sebelumnya. 

Tidak cuma di kurs tengah BI, dolar AS di pasar spot juga semakin menekan rupiah. Pada pukul 10:11 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.245 di mana rupiah melemah 0,38% dibanding penutupan perdagangan hari Rabu (27/3/2019).

Kali ini rupiah harus rela berada di posisi bontot. Pasalnya pelemahan rupiah merupakan yang paling dalam di antara mata uang benua kuning lainnya. Di atas rupiah, ada ringgit Malaysia yang juga terkoreksi cukup dalam, yaitu mencapai 0,15%. Bahkan sebagian besar mata uang negara-negara ASEAN mampu menguat, meskipun terbatas.

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:12 WIB:


Ancaman resesi di Amerika Serikat (AS) masih dapat membuat investor memasang mode wait and see. Alias cenderung enggan untuk agresif berinvestai. Tanda-tandanya dalah masih terjadi invesri yield obligasi U.S. Treasury yang bertenor 3 bulan dengan 10 tahun. Inversi terjadi kala yield obligasi tenor 3 bulan lebih tinggi dibanding yield obligasi tenor 10 tahun.

Memang, inversi tidak lantas memastikan terjadinya resesi. Namun secara historis dalam 50 tahun terakhir, resesi selalu diawali dengan terjadinya inversi yield pada obligasi tersebut. Selain itu, AS juga kembali membukukan defisit transaksi berjalan (current account defisit/CAD) yang paling dalam sejak 2008.

Sejatinya, AS menjadi pihak yang paling dirugikan ketika resesi terjadi disana. Namun, mengingat kini resesi belum benar-benar terjadi, dolar AS selaku safe haven masih diburu oleh investor. Gejala tersebut tercermin dari nilai Dollar Index (DXY) yang naik sebesar 0,12% ke posisi 96,89 pada pukul 10:00 WIB. Seperti yang diketahui, nilai DXY merupakan gambaran posisi greenback relatif terhadap enam mata uang dunia.

Selain karena keyakinan pelaku pasar yang kian besar bahwa AS akan masuk ke dalam jurang resesi, mata uang negara-negara Asia juga dipukul mundur oleh negosiasi dagang AS-China yang membuat grogi.

Pada hari ini hingga besok (28-29 Maret), AS dan China akan menggelar negosiasi dagang di Beijing, mempertemukan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He. Negosiasi dagang kedua negara kemudian akan dilanjutkan pada awal bulan April di Washington.

Pelaku pasar memasang mode defensif seiring dengan komentar yang kurang mengenakan dari Lighthizer pada awal pekan ini.

“Saya berharap namun tak terlalu berharap…. Jika ada sebuah kesepakatan yang baik yang bisa disepakati, kami akan melakukannya – jika tidak, kami akan mencari alternatif lain,” papar Lighthizer kepada National Public Radio, seperti dikutip dari Channel News Asia.

Alhasil, rupiah terkena tekanan aksi jual.


TIM RISET CNBC INDONESIA




(taa/taa) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular