Duh, Pagi Ini Rupiah Jadi yang Paling Lemah di Seluruh Asia

Herdaru Purnomo & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 March 2019 09:56
Duh, Pagi Ini Rupiah Jadi yang Paling Lemah di Seluruh Asia
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka melemah 0,18% ke level Rp 14.215/dolar AS pada perdagangan di pasar spot, nilai tukar rupiah hari ini terhadap dolar AS kian terseok-seok seiring dengan berjalannya waktu. Hingga pukul 9:43 WIB, rupiah sudah memperlebar pelemahannya menjadi 0,39% ke level 14.245/dolar AS.

Mayoritas mata uang negara-negara kawasan Asia sejatinya juga sedang melemah melawan dolar AS. Namun, depresiasi rupiah yang semakin dalam membuatnya kian mantap menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di kawasan regional.



Keyakinan pelaku pasar yang kian besar bahwa AS akan masuk ke dalam jurang resesi membuat dolar AS selaku safe haven menjadi primadona.

Ekspektasi yang kian besar bahwa Negeri Paman Sam akan mengalami resesi dapat dilihat dari imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan yang semakin meninggalkan tenor 10 tahun. Pada perdagangan hari ini, yield tenor 3 bulan berada di level 2,4405%, sementara untuk tenor 10 tahun berada di level 2,3542%; ada selisih sebesar 8,6 bps.

Fenomena yang disebut sebagai inversi ini merupakan konfirmasi dari potensi datangnya resesi di AS. Pasalnya dalam 3 resesi terkahir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), selalu terjadi inversi pada tenor 3 bulan dan 10 tahun yang sebelumnya didahului inversi pada tenor 3 dan 5 tahun. Berbicara mengenai inversi pada tenor 3 dan 5 tahun, hal ini sudah terjadi pada 3 Desember 2018 silam.

Untuk inversi tenor 3 bulan dan 10 tahun, hal ini pertama kali terjadi pada 22 Maret dengan nilai sebesar 0,7 bps.

Inversi yang semakin parah tersebut (yield tenor 3 bulan semakin meninggalkan yield tenor 10 tahun) mengindikasikan bahwa pelaku pasar kian yakin AS akan masuk ke dalam jurang resesi.

Kala perekonomian AS mengalami resesi, tentu negara-negara Asia termasuk Indonesia akan merasakan dampaknya. Akibatnya, mata uang negara-negara Asia (termasuk rupiah) mengalami tekanan jual seperti yang kita lihat saat ini.

Sejatinya, AS menjadi pihak yang paling dirugikan ketika resesi terjadi disana. Namun, mengingat kini resesi belum benar-benar terjadi, dolar AS selaku safe haven masih diburu oleh investor. Selain karena keyakinan pelaku pasar yang kian besar bahwa AS akan masuk ke dalam jurang resesi, mata uang negara-negara Asia juga dipukul mundur oleh negosiasi dagang AS-China yang membuat grogi.

Pada hari ini hingga besok (28-29 Maret), AS dan China akan menggelar negosiasi dagang di Beijing, mempertemukan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He. Negosiasi dagang kedua negara kemudian akan dilanjutkan pada awal bulan April di Washington.

Pelaku pasar memasang mode defensif seiring dengan komentar yang kurang mengenakan dari Lighthizer pada awal pekan ini.

“Saya berharap namun tak terlalu berharap…. Jika ada sebuah kesepakatan yang baik yang bisa disepakati, kami akan melakukannya – jika tidak, kami akan mencari alternatif lain,” papar Lighthizer kepada National Public Radio, seperti dikutip dari Channel News Asia.

Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.

Jika kesepakatan dagang tak juga bisa diraih, maka perang dagang keduanya justru akan tereskalasi dan semakin memukul laju perekonomian dunia.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(ank) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular