
IHSG Memang Dibuka Menguat 0,24%, Tapi Hati-Hati...
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 March 2019 09:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,24% pada perdagangan hari ini ke level 6.460,49. IHSG berhasil menguat selepas membukukan pelemahan sebesar 0,39% pada perdagangan kemarin (27/3/2019). Pada pukul 9:13 WIB, penguatan IHSG menipis menjadi 0,19% ke level 6.457,19.
IHSG meguat di tengah aksi jual yang sedang menerpa bursa saham utama kawasan Asia: indeks Nikkei anjlok 1,84%, indeks Shanghai turun 0,62%, indeks Hang Seng melemah 0,5%, indeks Straits Times jatuh 0,02%, dan indeks Kospi terpangkas 1%.
Keyakinan yang kian besar bahwa AS akan masuk ke dalam jurang resesi membuat instrumen berisiko seperti saham dilego investor. Pada hari Jumat kemarin (22/3/2019), terjadi inversi pada obligasi AS tenor 3 bulan dan 10 tahun.
Inversi merupakan sebuah fenomena di mana yield obligasi tenor pendek lebih tinggi dibandingkan tenor panjang. Padahal dalam kondisi normal, yield tenor panjang akan lebih tinggi karena memegang obligasi tenor panjang pastilah lebih berisiko ketimbang tenor pendek.
Melansir data dari Refinitiv, pada penutupan perdagangan tanggal 22 Maret 2019, yield obligasi AS tenor 3 bulan berada di level 2,462%, sementara untuk tenor 10 tahun berada di level 2,455%.
Inversi pada tenor 3 bulan dan 10 tahun merupakan konfirmasi dari potensi datangnya resesi di AS. Pasalnya dalam 3 resesi terkahir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), selalu terjadi inversi pada tenor 3 bulan dan 10 tahun yang sebelumnya didahului inversi pada tenor 3 dan 5 tahun. Berbicara mengenai inversi pada tenor 3 dan 5 tahun, hal ini sudah terjadi pada 3 Desember 2018 silam.
Jika pada hari Jumat yield obligasi AS tenor 3 bulan lebih tinggi sebesar 0,7 bps dari yield obligasi AS tenor 10 tahun, pada penutupan perdagangan kemarin nilainya sudah melonjak menjadi 7 bps. Kemudian pada perdagangan hari ini, nilainya kembali naik menjadi 9,2 bps.
Inversi yang semakin parah tersebut (yield tenor 3 bulan semakin meninggalkan yield tenor 10 tahun) mengindikasikan bahwa pelaku pasar kian yakin AS akan masuk ke dalam jurang resesi.
Dengan melihat penguatan IHSG yang sudah menipis dan tekanan jual yang sedang menerpa bursa saham regional, pelaku pasar sudah sepatutnya waspada. IHSG sangat mungkin berbalik arah ke zona merah seperti yang terjadi pada perdagangan kemarin.
Kemarin, IHSG harus pasrah mengakhiri hari di zona merah pasca dibuka menguat 0,16%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
IHSG meguat di tengah aksi jual yang sedang menerpa bursa saham utama kawasan Asia: indeks Nikkei anjlok 1,84%, indeks Shanghai turun 0,62%, indeks Hang Seng melemah 0,5%, indeks Straits Times jatuh 0,02%, dan indeks Kospi terpangkas 1%.
Keyakinan yang kian besar bahwa AS akan masuk ke dalam jurang resesi membuat instrumen berisiko seperti saham dilego investor. Pada hari Jumat kemarin (22/3/2019), terjadi inversi pada obligasi AS tenor 3 bulan dan 10 tahun.
Melansir data dari Refinitiv, pada penutupan perdagangan tanggal 22 Maret 2019, yield obligasi AS tenor 3 bulan berada di level 2,462%, sementara untuk tenor 10 tahun berada di level 2,455%.
Inversi pada tenor 3 bulan dan 10 tahun merupakan konfirmasi dari potensi datangnya resesi di AS. Pasalnya dalam 3 resesi terkahir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), selalu terjadi inversi pada tenor 3 bulan dan 10 tahun yang sebelumnya didahului inversi pada tenor 3 dan 5 tahun. Berbicara mengenai inversi pada tenor 3 dan 5 tahun, hal ini sudah terjadi pada 3 Desember 2018 silam.
Jika pada hari Jumat yield obligasi AS tenor 3 bulan lebih tinggi sebesar 0,7 bps dari yield obligasi AS tenor 10 tahun, pada penutupan perdagangan kemarin nilainya sudah melonjak menjadi 7 bps. Kemudian pada perdagangan hari ini, nilainya kembali naik menjadi 9,2 bps.
Inversi yang semakin parah tersebut (yield tenor 3 bulan semakin meninggalkan yield tenor 10 tahun) mengindikasikan bahwa pelaku pasar kian yakin AS akan masuk ke dalam jurang resesi.
Dengan melihat penguatan IHSG yang sudah menipis dan tekanan jual yang sedang menerpa bursa saham regional, pelaku pasar sudah sepatutnya waspada. IHSG sangat mungkin berbalik arah ke zona merah seperti yang terjadi pada perdagangan kemarin.
Kemarin, IHSG harus pasrah mengakhiri hari di zona merah pasca dibuka menguat 0,16%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Most Popular