Hasil Lelang SUN Rp 24 T, Investor Asing Cetak Rekor Lagi

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
26 March 2019 20:54
Di luar ekspektasi, nilai penerbitan dalam lelang rutin surat utang negara (SUN) hari ini mencapai Rp 24,95 triliun.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Di luar ekspektasi, nilai penerbitan dalam lelang rutin surat utang negara (SUN) hari ini mencapai Rp 24,95 triliun, dari total permintaan peserta lelang yang masuk Rp 59,5 triliun. 

Hasil lelang yang positif tersebut diikuti data kepemilikan investor asing terbaru yang kembali menembus rekor tertingginya. Nilai penerbitan tersebut di atas penerbitan SUN sebelumnya yaitu Rp 18,05 triliun pada 12 Maret dan di atas rerata penerbitan 2019 senilai Rp 24,04 triliun. 

Padahal, sebelumnya pelaku pasar menyangsikan nilai penerbitan hari ini minimal akan menyamai nilai penerbitan sebelumnya karena hari Senin pasar keuangan global sedang bergejolak hebat. 

Awan positif pasar global berubah dalam semalam, di mana kondisi berbalik membaik sejak tadi pagi dan membuat minat investor terhadap efek utang pemerintah membaik. 

Kondisi itu membuat pasar obligasi rupiah pemerintah mengalami tekanan beli dan pergerakannya memasuki zona hijau, bahkan semakin membaik pada akhir perdagangan. 

Iklim kondusif tersebut membuat pemerintah dapat melepas SUN pada tingkat imbal hasil (yield) yang relatif rendah daripada yield pasar dan dibanding prediksi yield wajar analis. 

Yield yang relatif rendah dari total permintaan lelang yang dimenangkan pemerintah adalah pada seri FR0077, FR0078, dan FR0068. 

Dengan kondisi tersebut, maka relatif rendahnya yield tersebut membuat beban pemerintah berkurang dalam membiayai pendanaan melalui instrumen utang dalam lelang kali ini. 

Dari sisi jumlah akumulatif, dengan penerbitan SUN hari ini sebagai lelang terakhir kuartal pertama 2019, maka nilai penerbitan dalam lelang pada kuartal I ini mencapai Rp 169,2 triliun. Jumlah itu masih di bawah target pemerintah Rp 185 triliun.

  
Seri SBNMirae Asset Sekuritas IndonesiaMNC SekuritasRealisasi Lelang
SPN031906275.70% - 5.80%5.71% - 5.81%5.79500%
SPN122003135.95% - 6.10%6.03% - 6.12%6.04940%
FR00777.05% - 7.11%7.21% - 7.31%7.01404%
FR00787.60% - 7.63%7.65% - 7.75%7.55998%
FR00688.02% - 8.07%8.03% - 8.12%7.99260%
FR00798.07% - 8.13%8.12% - 8.21%8.08326%
FR00768.41% - 8.46%8.37% - 8.46%8.42939%
Sumber: DJPPR  

Sore ini, harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat setelah pelaku pasar keuangan global bereaksi terlalu ekstrim (overreaction) pada awal pekan kemarin. 

Koreksi terjadi kemarin ketika terjadi inversi kurva yield obligasi pemerintah AS yang mengindikasikan adanya potensi resesi pada negara tersebut, sehingga membuat adanya aksi mencari aset yang lebih berkualitas (flight to quality). 

Naiknya harga SUN itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. 

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 5,9 basis poin (bps) menjadi 7,1%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

  
Yield Obligasi Negara Acuan 26 Mar 2019
SeriJatuh tempoYield 25 Mar 2019 (%)Yield 26 Mar 2019 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 26 Mar'19
FR00775 tahun7.1667.107-5.907.0362
FR007810 tahun7.6477.625-2.207.5614
FR006815 tahun8.0478.032-1.507.9806
FR007920 tahun8.1228.114-0.808.0846
Avg movement-2.60
Sumber: Refinitiv  

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,55 poin (0,23%) menjadi 247,1 dari posisi kemarin 246,54. 

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 517 bps, menyempit dari posisi kemarin 522 bps.  

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 2 tahun-5 tahun dan 3 bulan-10 tahun. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. 

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis. 

 
Yield US Treasury Acuan 26 Mar 2019
SeriBenchmarkYield 25 Mar 2019 (%)Yield 26 Mar 2019 (%)Selisih (Inversi)Satuan Inversi
UST BILL 20193 Bulan2.4542.4613 bulan-5 tahun22.1
UST 20202 Tahun2.2562.2992 tahun-5 tahun5.9
UST 20213 Tahun2.1842.233 tahun-5 tahun-1
UST 20235 Tahun2.22.243 bulan-10 tahun0.8
UST 202810 Tahun2.4182.4532 tahun-10 tahun-15.4
Sumber: Refinitiv 


Nilai Kepemilikan Investor Asing Tembus Rekor 
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data DJPPR terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 956,72 triliun SBN, kembali menembus rekor nominal tertinggi sepanjang masa.  

Jumlah itu berporsi 38,55% dari total beredar Rp 2.481 triliun berdasarkan data per 22 Maret.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 63,47 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan harga dialami Brasil, China, India, Filipina, Rusia, dan Thailan. Di negara maju, tidak ada pasar efek utang pemerintah yang menguat hingga sore ini. 

Hal tersebut mencerminkan investor global sedang menggemari return yang besar sehingga lebih menyasar pasar saham yang menawarkan potensi keuntungan lebih tinggi dengan tingkat volatilitas dan risiko yang juga tinggi.

   
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 25 Mar 2019 (%)Yield 26 Mar 2019 (%)Selisih (basis poin)
Brasil9.118.94-17.00
China3.1143.086-2.80
Jerman-0.023-0.0091.40
Perancis0.3580.3691.10
Inggris 0.9861.0193.30
India7.4717.342-12.90
Jepang-0.082-0.062.20
Malaysia3.83.8131.30
Filipina5.9785.976-0.20
Rusia8.318.23-8.00
Singapura2.0412.072.90
Thailand2.452.44-1.00
Amerika Serikat2.4182.4533.50
Afrika Selatan8.718.7453.50
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article Market Bites: WIKA Siap Galang Dana dari Obligasi dan Sukuk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular