
China Hambat Impor Batu Bara Australia, Indonesia Diuntungkan
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
26 March 2019 13:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Pembatasan impor batu bara asal Australia oleh pemerintah China yang masih terus berlangsung membuat aliran rantai pasokan di pasar batu bara global berubah.
Kabar pembatasan impor batu bara thermal asal Australia di China memang sudah mulai terdengar sejak bulan Februari 2019 silam. Kala itu, Reuters mengabarkan bahwa beberapa pelabuhan utama di China bagian utara telah memperpanjang waktu pemeriksaan (custom clearence) untuk batu bara impor asal Negeri Kanguru.
Tak tanggung-tanggung, waktu pemeriksaan meningkat hingga 40 hari lamanya. Padahal pada kondisi normal hanya memerlukan waktu 20 hari. Artinya meningkat hingga dua kali lipat.
Bahkan pada tanggal 5 Maret, S&P Global Platts melaporkan bahwa pelabuhan Fangcheng di provinsi Guanxi mengimplementasikan prosedur yang lebih ketat bagi batu bara Australia.
"Pelabuhan yang berbeda bisa memberlakukan prosedur yang berbeda," berdasarkan eksekutif perusahaan pengiriman yang berbasis di Singapura, seperti yang dikutip dari Platts, Rabu (20/3/2019).
Menurut analis Wood Mackenzie Asia-Pasific, Rory Simington, permintaan China akan batu bara thermal asal Australia sudah tentu akan terdampak secara signifikan. Setidaknya dalam jangka pendek.
Karena meskipun tidak di blokir secara penuh, tetap saja pertambahan waktu pemeriksaan akan meningkatkan biaya dan risiko terhadap kargo batu bara thermal Australia.
Tak heran harga kontrak satu bulan ke depan untuk batu bara Newscastle, Australia sejak Awal tahun 2019 sudah terpangkas hingga 8,33%.
Sebagai informasi, harga batu bara Newcastle kontrak Maret pada penutupan perdagangan Senin kemarin (25/3/2019) menguat sebesar 0,3% ke posisi US$ 93,55/metrik ton, setelah terkoreksi 0,2% pada perdagangan akhir pekan (22/3/2019).
Ini terjadi dengan asumsi bahwa permintaan batu bara impor China masih sama dengan tahun 2018, atau hanya berubah sedikit.
Dengan begini sejumlah 40 juta ton baru bara thermal Australia akan mencari pengalihan pasar dan menyebabkan aliran perdagangan batu bara berubah.
Simington memperkirakan India akan mengimpor lebih banyak batu bara Australia, menggantikan batu bara Indonesia. Sebab saat harga batu bara kalori tinggi asal Australia sudah sangat kompetitif, India berpotensi menggunakannya sebagai campuran batu bara lokal.
Sedangkan China akan mengimpor lebih banyak batu bara asal Indonesia.
Menurut Simington, gejala peningkatan permintaan untuk batu bara asal Indonesia sudah bisa terlihat. Dalam sebuah catatan, Wood Mackenzie mengatakan bahwa harga batu bara Indonesia dengan kalori 4.200 GAR telah meningkat US$ 10/ton sejak Januari.
Peningkatan harga dapat terjadi apabila permintaan meningkat sedangkan pasokan tidak bertambah dalam laju yang seimbang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Terpukul Pandemi, Harga Batu Bara Bisa di Bawah USD 50/ton
Kabar pembatasan impor batu bara thermal asal Australia di China memang sudah mulai terdengar sejak bulan Februari 2019 silam. Kala itu, Reuters mengabarkan bahwa beberapa pelabuhan utama di China bagian utara telah memperpanjang waktu pemeriksaan (custom clearence) untuk batu bara impor asal Negeri Kanguru.
Tak tanggung-tanggung, waktu pemeriksaan meningkat hingga 40 hari lamanya. Padahal pada kondisi normal hanya memerlukan waktu 20 hari. Artinya meningkat hingga dua kali lipat.
"Pelabuhan yang berbeda bisa memberlakukan prosedur yang berbeda," berdasarkan eksekutif perusahaan pengiriman yang berbasis di Singapura, seperti yang dikutip dari Platts, Rabu (20/3/2019).
Menurut analis Wood Mackenzie Asia-Pasific, Rory Simington, permintaan China akan batu bara thermal asal Australia sudah tentu akan terdampak secara signifikan. Setidaknya dalam jangka pendek.
Karena meskipun tidak di blokir secara penuh, tetap saja pertambahan waktu pemeriksaan akan meningkatkan biaya dan risiko terhadap kargo batu bara thermal Australia.
Tak heran harga kontrak satu bulan ke depan untuk batu bara Newscastle, Australia sejak Awal tahun 2019 sudah terpangkas hingga 8,33%.
Sebagai informasi, harga batu bara Newcastle kontrak Maret pada penutupan perdagangan Senin kemarin (25/3/2019) menguat sebesar 0,3% ke posisi US$ 93,55/metrik ton, setelah terkoreksi 0,2% pada perdagangan akhir pekan (22/3/2019).
Ini terjadi dengan asumsi bahwa permintaan batu bara impor China masih sama dengan tahun 2018, atau hanya berubah sedikit.
Dengan begini sejumlah 40 juta ton baru bara thermal Australia akan mencari pengalihan pasar dan menyebabkan aliran perdagangan batu bara berubah.
Simington memperkirakan India akan mengimpor lebih banyak batu bara Australia, menggantikan batu bara Indonesia. Sebab saat harga batu bara kalori tinggi asal Australia sudah sangat kompetitif, India berpotensi menggunakannya sebagai campuran batu bara lokal.
Sedangkan China akan mengimpor lebih banyak batu bara asal Indonesia.
Menurut Simington, gejala peningkatan permintaan untuk batu bara asal Indonesia sudah bisa terlihat. Dalam sebuah catatan, Wood Mackenzie mengatakan bahwa harga batu bara Indonesia dengan kalori 4.200 GAR telah meningkat US$ 10/ton sejak Januari.
Peningkatan harga dapat terjadi apabila permintaan meningkat sedangkan pasokan tidak bertambah dalam laju yang seimbang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Terpukul Pandemi, Harga Batu Bara Bisa di Bawah USD 50/ton
Most Popular