
Wall Street Diprediksi Menguat Disokong data dari Jerman
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
25 March 2019 20:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan cenderung menguat tipis hari ini, Senin (25/3/2010) waktu setempat. Hingga berita ini dimuat kontrak future Dow Jones dan S&P 500 mengimplikasikan kenaikan masing-masing sebesar 16,68 poin dan 1,59 poin, sementara Nasdaq Composite diimplikasikan terkoreksi tipis sebesar 0,31 poin.
Di pagi hari, kontrak futures indeks di Wall Street masih diprediksi berada di zona merah dikarenakan sinyal resesi ekonomi yang datang dari pergerakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan dan tenor 10 tahun yang menunjukkan adanya inversi.
Inversi di pasar obligasi terjadi ketika yield obligasi jangka pendek lebih besar dibanding obligasi jangka panjang. Yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun, biasanya dijadikan patokan untuk mengukur risiko terjadinya resesi.
Namun, situasi imbal hasil obligasi pemerintah AS sudah tidak lagi menunjukkan inversi, setelah rilis data ekonomi yang menggembirakan dari Jerman.
Pukul 16:00 WIB, IFO Institute mengumumkan bahwa indeks iklim bisnis Jerman pada bulan Maret naik 0,9 poin menjadi 99,6 poin, lebih besar dibanding bulan Februari yang sebesar 98.7 poin, dilansir Trading Economics. Pertumbuhan positif pertama sejak Agustus 2018, dimana indeks iklim bisnis Jerman selalu dari bulan ke bulan selalu tumbuh negatif.
Sebagai informasi indeks iklim bisnis yang dirilis oleh IFO institute adalah indikator ekonomi yang menjadi acuan oleh pengamat ekonomi di Jerman yang disusun oleh tim riset ekonomi di IFO Institute.
Rilis data ekonomi yang baik ini, mengakibatkan obligasi pemerintah AS tidak lagi menunjukkan inversi pada imbal hasil tenor 3 bulan dan 10 tahun. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan sebesar -0,012, sedangkan tenor 10 tahun yield ada di -0,014.
Lebih lanjut, Presiden Bank Sentral Federal Chicago Charles Evans juga mengatakan bahwa inversi yang terjadi di obligasi pemerintah cukup sempit dan bukan situasi yang mengkhawatirkan.
"Beberapa di antaranya (pergerakan yield) bersifat structural dimana ini berkaitan dengan trend pertumbuhan yang lebih rendah dan suku bunga riil yang lebih rendah. Jadi, saya pikir, pada kondisi seperti ini, sungguh alami jika kurva imbal hasil agak datar dari pada sebelumnya," ujar Evan, dilansir Reuters.
Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa pergerakan inversi dapat terjadi pada obligasi pemerintah AS, namun nilainya sangat kecil sehingga tidak bisa disimpulkan menjadi tanda-tanda resesi ekonomi.
Evan juga mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS masih terjaga dengan baik. Jadi tidak perlu khawatir berlebihan.
Pada hari ini, investor akan mencermati rilis data indeks manufaktur bulan Maret untuk Bank Sentral Federal Dallas pada pukul 21:30, kemudian lelang obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan dan 6 bulan pada pukul 22:30.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Di pagi hari, kontrak futures indeks di Wall Street masih diprediksi berada di zona merah dikarenakan sinyal resesi ekonomi yang datang dari pergerakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan dan tenor 10 tahun yang menunjukkan adanya inversi.
Inversi di pasar obligasi terjadi ketika yield obligasi jangka pendek lebih besar dibanding obligasi jangka panjang. Yield obligasi tenor 3 bulan dan 10 tahun, biasanya dijadikan patokan untuk mengukur risiko terjadinya resesi.
Pukul 16:00 WIB, IFO Institute mengumumkan bahwa indeks iklim bisnis Jerman pada bulan Maret naik 0,9 poin menjadi 99,6 poin, lebih besar dibanding bulan Februari yang sebesar 98.7 poin, dilansir Trading Economics. Pertumbuhan positif pertama sejak Agustus 2018, dimana indeks iklim bisnis Jerman selalu dari bulan ke bulan selalu tumbuh negatif.
Sebagai informasi indeks iklim bisnis yang dirilis oleh IFO institute adalah indikator ekonomi yang menjadi acuan oleh pengamat ekonomi di Jerman yang disusun oleh tim riset ekonomi di IFO Institute.
Rilis data ekonomi yang baik ini, mengakibatkan obligasi pemerintah AS tidak lagi menunjukkan inversi pada imbal hasil tenor 3 bulan dan 10 tahun. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan sebesar -0,012, sedangkan tenor 10 tahun yield ada di -0,014.
Lebih lanjut, Presiden Bank Sentral Federal Chicago Charles Evans juga mengatakan bahwa inversi yang terjadi di obligasi pemerintah cukup sempit dan bukan situasi yang mengkhawatirkan.
"Beberapa di antaranya (pergerakan yield) bersifat structural dimana ini berkaitan dengan trend pertumbuhan yang lebih rendah dan suku bunga riil yang lebih rendah. Jadi, saya pikir, pada kondisi seperti ini, sungguh alami jika kurva imbal hasil agak datar dari pada sebelumnya," ujar Evan, dilansir Reuters.
Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa pergerakan inversi dapat terjadi pada obligasi pemerintah AS, namun nilainya sangat kecil sehingga tidak bisa disimpulkan menjadi tanda-tanda resesi ekonomi.
Evan juga mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS masih terjaga dengan baik. Jadi tidak perlu khawatir berlebihan.
Pada hari ini, investor akan mencermati rilis data indeks manufaktur bulan Maret untuk Bank Sentral Federal Dallas pada pukul 21:30, kemudian lelang obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan dan 6 bulan pada pukul 22:30.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Most Popular