Fokus Investor

Mari Simak Aksi Korporasi Mulai dari WEGE Hingga MEDC

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
22 March 2019 08:18
Selain itu, sejumlah aksi korporasi juga menjadi perhatian pelaku pasar sehingga mempengaruhi minat untuk melakukan akumulasi beli.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham domestik pada perdagangan kemarin ditutup menguat setelah Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan di level 6%. Selain itu, sejumlah aksi korporasi juga menjadi perhatian pelaku pasar sehingga mempengaruhi minat untuk melakukan akumulasi beli.

Saat penutupan perdagangan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali berhasil menembus level psikologis dan mengakhiri perdagangan Kamis (21/3/2019) dengan penguatan sebesar 0,29% ke level 6.501,78.

Kinerja IHSG senada dengan kinerja mayoritas bursa saham utama Benua Kuning yang juga ditransaksikan menguat: Indeks Shanghai naik 0,35%, indeks Straits Times naik 0,27%, indeks Kospi juga naik 0,36%, sedangkan indeks Hang Seng turun 0,85%.

Pelaku pasar bergembira atas keputusan bank sentral AS, The Fed, yang mempertahankan suku bunga acuan Federal Funds Rate (FFR) di kisaran 2,25-2,5% tadi pagi. Artinya ini menjadi tahun pertama sejak 2015 bagi The Fed untuk tidak menaikkan FFR. Sementara dari dalam negei, Bank Indonesia juga tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 6%.

Ada beberapa peristiwa yang terjadi pada emiten-emiten dan layak disimak oleh investor sebelum perdagangan akhir pekan ini, Jumat (22/3/2019) dibuka.

1. Wika Gedung Bagi Dividen Rp 133 M & Rombak Direksi
PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) bakal membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya sebesar Rp 133,28 miliar atau setara dengan 30% dari laba bersih perusahaan sepanjang 2018 lalu.

Direktur Utama Wika Gedung Nariman Prasetyo mengatakan masing-masing pemegang saham akan menerima dividen senilai Rp 13,924/saham. "Dalam RUPST ini perusahaan memutuskan menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp 133,28 miliar," kata Nariman usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kamis (21/3).

2. Sinar Mas Caplok 15% Saham SMS Finance Rp 96 M
PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) baru saja mengakuisisi kepemilikan saham PT Sinar Mitra Sepadan Finance (SMS Finance), perusahaan pembiayaan yang dikendalikan oleh ORIX Corporation, Jepang. Nilai transaksi pembelian 15% saham ini mencapai Rp 96,19 miliar.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), SMMA mengambilalih 15% saham milik PT Padma Terang Sentosa di SMS Finance. Transaksi ini dilakukan pada 20 Maret 2019.

Keterbukaan yang diteken oleh Direktur Utama SMMA Doddy Santoso ini menyebutkan bahwa tidak ada dampak kejadian, informasi atau fakta penting terhadap perseroan baik berupa dampak terhadap operasional, kondisi keuangan dan proyeksi keuangan, dampak hukum dan kelangsungan usaha.

3. Tol Desari Resmi Beroperasi, CMNP Cetak Laba Rp 776 M
Kinerja keuangan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP), salah satu operator jalan tol, tumbuh dua digit sepanjang tahun lalu seiring dengan terus bertambahnya jumlah ruas tol yang dibangun perseroan.

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan Kamis ini (21/3/2019), laba bersih CMNP pada 2018 naik 13,66% menjadi Rp 775,86 miliar. Pada 2017 perseroan hanya membukukan laba bersih Rp 682,64 miliar.

Pendapatan perseroan pada periode yang sama naik 31,46% menjadi Rp 3,82 triliun. Pada 2017 pendapatan CMNP sebesar Rp 2,91 triliun.

Namun di sisi lain, beban usaha perseroan pada 2018 tercatat juga mengalami kenaikan cukup besar mencapai 36,13% menjadi Rp 2,65 triliun dari Rp 1,93 triliun pada 2017.

4. Pulihkan Kinerja, Krakatau Steel Bidik Produksi 2,8 Juta Ton
Emiten baja BUMN, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) membidik target produksi baja tahun ini mencapai 2,8 juta ton, meningkat dibandingkan dengan produksi baja tahun lalu sebanyak 2,2 juta ton. Produksi tersebut hanya untuk KRAS, tidak termasuk produksi PT Krakatau Posco.

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan target tahun ini tumbuh positif dibandingkan dengan tahun lalu sekitar 2,2 juta ton.

Target tersebut seiring dengan kapasitas produksi yang naik menjadi 4 juta ton per tahun, setelah pabrik baru Hot Strip Mill (HSM) Nomor 2.

5. Resmi Kendalikan MASA, Michelin Bidik Pasar Asia Tenggara
Compagnie Générale des Établissements Michelin merambah pasar Asia Tenggara setelah resmi mengakuisisi PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA).

Wakil Presiden Direktur MASA Eric Pierre Robert Vaillier mengatakan saat ini pangsa pasar Michelin di Asia Tenggara masih rendah. Setelah mencaplok Multistrada, Michelin menargetkan penjualan akan meningkatkan penetrasi di kawasan tersebut dengan menggunakan jaringan bisnis yang telah dimiliki MASA.

6. Belanja Modal Rp 3,3 T, Ini Sederet Rencana Antam di 2019
PT Aneka Tambang (Antam) Tbk (ANTM) menganggarkan belanja modal Rp 3,3 triliun pada 2019. Sebagian besar belanja modal ini akan digunakan untuk pengembangan bisnis. Di antaranya adalah pembangunan proyek feronikel yang sedang dalam tahap penyelesaian.

Dengan pengembangan bisnis ini, Antam menargetkan kapasitas produksi tahun ini mencapai 27 ribu ton, naik dari tahun sebelumnya yang sebesar 24 ribu ton.

Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo menuturkan, di tahun ini, perusahaan akan melakukan sejumlah aksi korporasi. Ia menjabarkan, misalnya beberapa proyek yang diinisiasi, yakni pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) Nickel Pig Iron (NPI) Blast Furnance di Halmahera Timur yang ditargetkan rampung tahun depan. Proyek lain yang dikerjakan di tahun ini yakni proyek Smelter Grade Alumina, di Kalimantan Barat, yang rencananya akan memproduksi satu juta alumina.

7. Medco Akuisisi Ophir Senilai Rp 7,62 T
Setelah sebelumnya sempat ditolak oleh pemegang saham Ophir Energy Plc karena nilai akuisisi yang terlalu murah, akhirnya perusahaan migas yang tercatat di London ini mencapai kesepakatan harga dengan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).

Medco bakal mengakuisisi Ophir dengan harga sebesar 408,4 juta poundsterling (Rp 7,62 triliun, asumsi kurs Rp 18.669/poundsterling), satu saham Ophir dihargai 57,5 pence. Nilai penawaran tersebut naik dari 390,6 juta poundsterling (Rp 7,29 triliun) atau 55 pence/saham.

Kedua perusahaan akhirnya sepakat dengan harga tersebut yang membuat Medco dapat menguasai seluruh saham Ophir yang sudah dan 18,73% saham baru yang akan diterbitkan pada 19 Maret lalu. Ataupun persetujuan ini sudah tak dapat lagi dibatalkan.
(hps/hps) Next Article Cermati 4 Saham Pilihan Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular