Josss Lagi, Bukan Cuma Dolar AS yang Jadi 'Korban' Rupiah!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 March 2019 13:52
Josss Lagi, Bukan Cuma Dolar AS yang Jadi 'Korban' Rupiah!
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Hebatnya, bukan cuma dolar AS yang jadi korban 'keganasan' rupiah. 

Pada Senin (18/3/2018) pukul 13:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.235. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Sejak pembukaan pasar, rupiah sudah menguat. Ini melanjutkan tren positif rupiah yang sudah terjadi sejak pekan lalu. 


Tidak cuma dolar AS, berbagai mata uang utama di Benua Amerika pun berhasil ditaklukkan oleh rupiah. Sebut saja, peso Meksiko, dolar Kanada, peso Argentina, sampai real Brasil melemah terhadap rupiah. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Benua Merah terhadap rupiah pada pukul 13:15 WIB: 

 

Keperkasaan rupiah tidak berhenti di dolar AS. Satu lawan satu di hadapan beberapa mata uang Asia, rupiah pun digdaya. 

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang Benua Kuning pukul 13:15 WIB:



Beralih ke Eropa, rupiah juga lumayan perkasa. Mata uang Tanah Air memang melemah lawan euro, tetapi menguat di hadapan poundsterling Inggris dan franc Swiss. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Eropa terhadap rupiah pada pukul 13:34 WIB: 



Lalu menuju Afrika, rupiah juga menguat terhadap mata uang utama Benua Hitam. Melawan naira Nigeria, rupiah menguat 0,14% dan terhadap rand Afrika Selatan terapresiasi 0,34%.

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Kemungkinan keperkasaan rupiah di Asia, Eropa, Amerika, sampai Afrika ini disebabkan oleh sentimen domestik dan eksternal. Dari dalam negeri, akhir pekan lalu dirilis data yang mendukung penguatan rupiah. 

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Februari 2019 surplus US$ 330 juta. Jauh lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan terjadi defisit US$ 841 juta. 


Artinya, ada peluang transaksi berjalan pada kuartal I-2019 akan membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yang defisit 3,57% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Rupiah akan punya fondasi yang lebih kuat, sehingga relatif tidak mudah 'digoyang'. Aset-aset berbasis mata uang ini pun kembali diminati. 

Sementara dari sisi eksternal, rupiah diuntungkan karena koreksi harga minyak. Pada pukul 13:41 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet turun masing-masing 0,1% dan 0,15%. 

Bagi rupiah, penurunan harga minyak adalah berkah. Indonesia adalah negara net importir minyak, mau tidak mau harus mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri karena produksi domestik yang tidak memadai. 

Penurunan harga minyak tentu membuat biaya impor komoditas ini menjadi lebih murah. Ini membuat tekanan di neraca perdagangan akan berkurang, dan nantinya merambat ke perbaikan di pos transaksi berjalan. Dengan transaksi berjalan yang lebih kuat, meski masih defisit, rupiah punya fondasi yang kuat sehingga tidak mudah terombang-ambing. 


TIM RISET CNBC INDONESIA




(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular