Perkasa di Kurs Tengah BI, Rupiah Pun Kuat di Pasar Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 March 2019 10:39
Perkasa di Kurs Tengah BI, Rupiah Pun Kuat di Pasar Spot
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI) hari ini. Sementara di pasar spot, rupiah juga berhasil melanjutkan apresiasi di hadapan greenback. 

Pada Senin (18/3/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.242, terkuat sejak 8 Maret. Rupiah menguat 0,48% dibandingkan posisi akhir pekan lalu dan dolar AS berhasil didorong ke bawah Rp 14.300. 

 

Sementara di pasar spot, US$ 1 dibanderol Rp 14.240 pada pukul 09:00 WIB. Rupiah menguat 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah menebal menjadi 0,18%. Sebab pada pukul 10:09 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.230. 

Meski penguatan rupiah bertambah kencang, tetapi mata uang Tanah Air kehilangan gelar sebagai yang terbaik di Asia. Won Korea Selatan berhasil mengambil alih posisi puncak klasemen dan rupiah harus puas sebagai runner-up. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:11 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Kekuatan rupiah bertambah akibat perkembangan dari Jepang. Pada Februari 2019, Negeri Matahari Terbit mencatatkan surplus perdagangan JPY 339 miliar, lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan surplus JPY 310 miliar. Pencapaian ini jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama pada 2018, di mana terjadi defisit JPY 14 miliar. 

Ada sinyal positif dari Jepang, berupa harapan geliat ekonomi. Maklum, Jepang sudah terlalu lama terjebak dalam stagnasi sehingga percikan-percikan semacam ini menjadi pemuas dahaga yang luar biasa. 

Jepang adalah perekonomian terbesar kedua di Asia dan nomor 3 dunia. Ketika ada asa pemulihan ekonomi di sana, maka akan berdampak terhadap negara-negara lain termasuk Indonesia. 

Selain itu, rupiah mampu menguat karena kebetulan dolar AS sedang tertekan. Pada pukul 10:18 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,09%. 

Data ekonomi yang dirilis akhir pekan lalu kurang mendukung dolar AS. Pada Februari, output industrial turun 0,4% dibandingkan bulan sebelumnya. Ini menjadi penurunan selama 2 bulan beruntun untuk kali pertama sejak pertengahan 2017, karena pada Januari output industrial juga turun 0,5%. 

"Laju ekonomi belum terlalu kencang. Syukurlah sepertinya The Fed (The Federal Reserves, bank sentral AS) memilih untuk menjauhkan kaki dari pedal gas," ujar Chris Rupkey, Kepala Ekonom MUFG yang berbasis di New York, mengutip Reuters. 


Ya, kemungkinan data-data ekonomi yang 'kalem' ini membuat Jerome 'Jay' Powell dan kolega kembali mengeluarkan kata 'sabar'. Suku bunga acuan pun kemungkinan masih akan ditahan di 2,25-2,5% dalam rapat Selasa-Rabu waktu setempat. 

Perkembangan ini tentu tidak menguntungkan bagi dolar AS. Tanpa beking kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menguntungkan. Dolar AS rentan mengalami tekanan jual.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular