Sanksi AS Atas Iran Buat Harga Minyak Terus Menghijau

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
14 March 2019 12:37
Hingga pukul 12:00 WIB, harga minyak Brent menguat 0,38% ke posisi US$ 67,81/barel. Sedangkan lightsweet (WTI) terangkat 0,24% ke level US$ 58,4/barel
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah pada perdagangan hari Kamis (14/3/2019) masih terus menguat.

Hingga pukul 12:00 WIB, harga minyak Brent kontrak Mei menguat 0,38% ke posisi US$ 67,81/barel, setelah melesat 1,32% kemarin (13/3/2019).

Sedangkan jenis lightsweet (WTI) kontrak April juga terangkat 0,24% ke level US$ 58,4/barel, setelah terbang 2,44% pada perdagangan kemarin.

Secara mingguan, harga Brent dan WTI masing-masing sudah naik 2,26% dan 3,07% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun, keduanya telah terdongkrak sekitar 27%.

Pada posisinya yang sekarang, harga minyak Brent merupakan yang tertinggi sejak empat bulan lalu.



Pasokan minyak di pasar global yang semakin ketat memberi ruang bagi pergerakan harga ke atas. Alias meningkat.

Terbaru, pemerintah Amerika Serikat (AS) berencana untuk semakin mengurangi jumlah impor minyak Iran sebesar 20% hingga berada di bawah 1 juta barel/hari mulai bulan Mei, berdasarkan sumber yang mengetahui masalah tersebut, mengutip Reuters.

Rencana tersebut akan dilangsungkan dengan membatasi pembelian minyak asal Negeri Persia di sejumlah negara yang menjadi mitranya. Tidak diindahkan, negara-negara mitra dagang Iran tersebut terancam terkena sanksi AS.

"Tujuan saat ini adalah untuk mengurangi ekspor minyak Iran menjadi kurang dari 1 juta barel/hari," ujar sumber tersebut.

Sejak tahun lalu, Washington memang terus menekan Iran untuk membatasi program nuklir dan menghentikan dukungannya pada sejumlah kelompok militan bersenjata di timur tengah.

Sebagai informasi, jumlah ekspor minyak Iran pada kondisi normal (sebelum adanya sanksi AS) bisa mencapai 2,5 juta barel/hari.

Selain itu, laporan mingguan yang dirilis oleh lembaga resmi pemerintah AS, Energy Information Administration (EIA) mencatatkan pengurangan stok minyak mentah AS sebesar 3,86 juta barel untuk minggu yang berakhir pada 4 Maret.

Di sisi lain, stok bensin juga berkurang sebesar 4,62 juta barel, yang mana jauh lebih dalam ketimbang prediksi konsensus yang sebesar 2,9 juta barel.

Artinya, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di AS masih cukup tinggi. Bahkan lebih tinggi dibanding ekspektasi pelaku pasar.

Aksi pengurangan produksi minyak yang dilakukan oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga tak henti-hentinya memberi energi positif. Seperti yang diketahui OPEC bersama sekutunya telah sepakat untuk mengurangi produksi minyak hingga sebesar 1,2 juta barel/hari.

Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih beberapa waktu lalu mengatakan bahwa pengurangan produksi OPEC kemungkinan besar akan terus berlanjut, bahkan selepas tengah tahun in, mengutip Reuters.

Menyusul kabar tersebut, seorang pejabat Arab Saudi mengatakan ekspor minyak Negeri Padang Pasir pada bulan April akan berada di bawah 7 juta barel/hari, seperti yang dilansir dari Reuters.

Padahal menurutnya, permintaan dari pelanggan internasional mencapai 7,6 juta barel/hari. Lebih jauh lagi, pejabat tersebut juga meyakinkan bahwa ekspor di bulan Maret juga akan berada di bawah level 7 juta barel/hari.

Di Venezuela, pelabuhan pengiriman minyak utama telah kembali beroperasi mulai hari ini, berdasarkan keterangan pelaku industri, mengutip Reuters.

Sebelumnya, pengiriman minyak dari Venezuela sempat terhenti selama enam hari sebagai akibat dari padamnya listrik di negara tersebut.

Dengan begitu, setidaknya pasokan minyak dunia kembali mendapat tambahan. Pada kondisi normal, ekspor minyak Venezuela bisa mencapai 500.000 barel/hari.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular