Dolar AS Sedang Jadi 'Pesakitan', Rupiah Terbaik Kedua Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 March 2019 08:25
Dolar AS Sedang Jadi 'Pesakitan', Rupiah Terbaik Kedua Asia
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah berhasil memanfaatkan dolar AS yang sedang 'pesakitan'. 

Pada Kamis (14/3/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.230 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,21% dibandingkan posisi penutupan pasar sehari sebelumnya. 

Seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah agak berkurang. Pada pukul 08:09 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.240 di mana rupiah masih menguat tetapi tinggal 0,14%. 


Kemarin, rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan stagnasi setelah menguat 2 hari beruntun. Hari ini rupiah mencoba menebus rasa penasaran karena kemarin gagal menguat 3 hari berturut-turut. 



Sementara mata uang Asia bergerak variatif di hadapan dolar AS. Selain rupiah, mata uang yang juga menguat adalah yuan China, ringgit Malaysia, peso Filipina, dan dolar Taiwan. 

Apresiasi 0,14% membawa rupiah menjadi mata uang terbaik kedua di Asia. Dalam urusan menguat di hadapan dolar AS, rupiah hanya kalah dari peso.

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:13 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Rupiah berhasil memanfaatkan dolar AS yang sedang tertekan. Pada pukul 08:14 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,01%. 

Tekanan bagi dolar AS hari ini hadir dari rilis data inflasi di tingkat produsen (Producer Price Index/PPI). Pada Februari, PPI naik 1,9% secara year-on-year (YoY). Ini menjadi kenaikan terendah sejak Juni 2017. 

Data PPI ini senada dengan inflasi di tingkat konsumen (Consumer Price Index/CPI) yang dirilis kemarin. Pada Februari, inflasi Negeri Paman Sam tercatat 1,5% YoY, laju paling lemah sejak September 2016. 

Laju inflasi produsen dan konsumen yang 'jinak' ini akan membuat  Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) berpikir ulang untuk menaikkan suku bunga acuan. Untuk apa menaikkan suku bunga kalau tidak ada lonjakan permintaan? 

Mengutip CME Fedwatch, peluang Federal Funds Rate untuk bertahan di 2,25-2,5% sampai akhir tahun cukup besar yaitu 74,4%. Bahkan probabilitas untuk turun ke 2-2,25% juga lumayan tinggi yaitu 22,9%. 

Seberapa besar kemungkinan suku bunga acuan naik menjadi 2,5-2,75%? 0,0%. 

Berbeda dengan pasar saham, mata uang sangat diuntungkan dengan kenaikan suku bunga. Sebab, kenaikan suku bunga pada dasarnya dapat menjangkar ekspektasi inflasi sehingga nilai mata uang tidak tergerus. Oleh karena itu, menipisnya peluang kenaikan Federal Funds Rate menjadi beban bagi langkah mata uang Negeri Paman Sam. 

Rupiah dkk di Asia bisa memanfaatkan tekanan yang dialami dolar AS dengan mencetak apresiasi. Apalagi setelah koreksi yang melanda sebagian besar mata uang Asia pada perdagangan kemarin, peluang untuk rebound menjadi lebih terbuka.  




TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Rupiah Tertekan, Dolar AS Nanjak Terus!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular