Seharian Melemah, Rupiah Akhirnya Lolos dari Zona Merah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 March 2019 16:45
Seharian Melemah, Rupiah Akhirnya Lolos dari Zona Merah
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sudah tidak melemah kala penutupan pasar spot hari ini. Namun bukan berarti rupiah menguat juga. 

Pada Rabu (13/3/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.260 saat penutupan pasar spot. Sama dengan posisi penutupan pasar hari sebelumnya alias stagnan. 

Meski tidak menguat, pencapaian ini patut diapresiasi karena rupiah nyaris melemah seharian. Rupiah baru berhasil keluar dari zona merah jelang penutupan pasar. 

Saat pembukaan pasar, sejatinya rupiah menguat 0,14%. Namun kemudian apresiasi itu menipis, habis, dan rupiah masuk ke teritori depresiasi. Rupiah bertahan di sana sampai beberapa menit jelang perdagangan berakhir. 


Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 



Walau 'cuma' stagnan, performa rupiah lebih baik dari mayoritas mata uang utama Asia yang masih terjebak di zona merah. Hanya yen Jepang, peso Filipina, dan baht Thailand yang masih bisa menguat. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16:08 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Secara umum, hari ini bukan harinya pasar keuangan Asia. Tidak hanya di pasar valas, bursa saham Asia pun didominasi warna merah. Indeks Nikkei 225 turun 0,99%, Hang Seng terkoreksi 0,39%, Shanghai Composite anjlok 1,09%, Kospi melemah 0,41%, dan Straits Times minus 0,58%. 

Investor sepertinya sedang ragu untuk masuk ke pasar keuangan Benua Kuning. Kekhawatiran investor utamanya disebabkan oleh dinamika Brexit di Inggris. 

Lagi-lagi proposal Brexit yang diajukan Perdana Menteri Inggris Theresa May kandas di voting parlemen dengan skor 391 menolak, 242 setuju. Proposal pertama sudah ditolak dalam voting 15 Januari dengan skor 432 berbanding 202.  

Hasil voting ini menyisakan pilihan sulit buat Negeri Ratu Elizabeth. Keluar dari Uni Eropa tanpa kompensasi apa-apa (No Deal Brexit), menunda pelaksanaan Brexit yang sedianya dieksekusi pada 29 Maret, pemilu yang dipercepat dengan posisi May sebagai taruhannya, atau menggelar jajak pendapat ulang kepada warga Inggris apakah masih mau bercerai dengan Uni Eropa atau tidak.  

Nasib Brexit yang masih samar-samar bisa membuat pelaku pasar bermain aman hari ini. Ada potensi menghindari aset-aset berisiko, sehingga menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan Asia. Tidak terkecuali Indonesia. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Lalu apa yang membuat rupiah bisa mentas dari zona merah? Tampaknya ada hawa intervensi Bank Indonesia (BI). 

Nanang Hendarsah, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, belum lama ini mengatakan bank sentral terus menjaga likuiditas sehingga tidak terjadi keketatan di pasar. Sepertinya bank sentral masih 'bergerilya' di pasar untuk menjaga mata uang Tanah Air. 

Selain itu, sebenarnya ada sentimen positif yang beredar tetapi agak lamat-lamat karena tertutup isu Brexit yaitu perkembangan hubungan AS-China. Dalam paparan di hadapan Komite Keuangan Senat AS, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer menyebutkan bahwa proses perundingan dagang dengan China akan segera rampung. 

"Kami berharap saat ini sudah memasuki masa-masa final sehingga bisa tercapai kesepakatan pada minggu-minggu ini. Kami terus bekerja," sebutnya, seperti dikutip dari Reuters. 

Kabar ini melegakan pelaku pasar karena Washington dan Beijing sepertinya semakin dekat untuk secara resmi mengakhiri perang dagang. Kala dua kekuatan ekonomi terbesar di bumi tidak lagi saling hambat, maka arus perdagangan dan rantai pasok global akan kembali bergeliat. Dunia boleh berharap akan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. 

Tidak hanya dengan China, Lighthizer juga mengungkapkan bahwa AS akan menghapus bea masuk untuk impor baja dan aluminium asal Kanada dan Meksiko. "Kami akan kembali memberikan akses ke pasar AS kepada mereka," ujarnya. 

Hubungan AS dengan para tetangganya yang membaik juga akan dinikmati oleh seluruh dunia. Saat ekonomi AS pulih dan membaik, maka negara-negara lain bakal terbantu karena Negeri Adidaya adalah perekonomian nomor 1 di dunia.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Rupiah Tertekan, Dolar AS Nanjak Terus!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular