Rupiah Balik Arah Jadi Melemah, Ini Gara-garanya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 March 2019 09:26
Rupiah Balik Arah Jadi Melemah, Ini Gara-garanya
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sudah tidak lagi menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Sepertinya investor mulai kembali berpaling ke dolar AS seiring sentimen negatif yang berjubel.

Pada Rabu (13/3/2019) pukul 09:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.260. Tidak berubah dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya atau stagnan.

Padahal rupiah mengawali hari dengan baik, menguat 0,14% terhadap greenback. Namun kemudian penguatan rupiah memang berangsur-angsur menipis dan akhirnya habis.


Bahkan kemudian rupiah balik kanan ke zona merah. Pada pukul 09:05 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.270 di mana rupiah melemah 0,07%.

Tidak hanya rupiah, mata uang Asia yang awalnya perkasa pun kini tunduk di hadapan mata uang Negeri Paman Sam. Mata uang Benua Kuning yang masih menguat hanya rupee India, yen Jepang, dan peso Filipina.

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 09:07 WIB:



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Apa yang terjadi dengan rupiah dkk di Asia? Apa yang membuat investor kembali ke pelukan dolar AS?

Setidaknya ada dua penyebab utama. Pertama adalah sepertinya dampak dinamika Brexit sudah mulai terasa, yang membuat pelaku pasar di Asia gugup dan memilih bermain aman.

Lagi-lagi proposal Brexit yang diajukan Perdana Menteri Inggris Theresa May kandas di voting parlemen dengan skor 391 menolak, 242 setuju. Proposal pertama sudah ditolak dalam voting 15 Januari dengan skor 432 berbanding 202.

Padahal sebelum voting ini, Presiden Komisi Uni Eropa Jean-Claude Juncker sudah memberikan ultimatum. Tidak ada lagi ruang negosiasi, take it or leave it.

"Pilihannya jelas, ini kesepakatannya atau Brexit tidak terjadi. Mari kita buat keluarnya Inggris dari Uni Eropa setertib mungkin. Tidak ada kesempatan ketiga. Tidak ada lagi interpretasi atas interpretasi, tidak ada lagi jaminan atas jaminan," tegas Juncker, dikutip dari Reuters.

Hasil voting ini menyisakan pilihan sulit buat Negeri Ratu Elizabeth. Keluar dari Uni Eropa tanpa kompensasi apa-apa (No Deal Brexit), menunda pelaksanaan Brexit yang sedianya dieksekusi pada 29 Maret, pemilu yang dipercepat dengan posisi May sebagai taruhannya, atau menggelar jajak pendapat ulang kepada warga Inggris apakah masih mau bercerai dengan Uni Eropa atau tidak.

Pada Rabu ini pukul 19:00 GMT, parlemen Inggris akan kembali menggelar voting untuk memutuskan apakah No Deal Brexit adalah jalan terbaik. Jika parlemen memutuskan memilih No Deal Brexit, maka dampaknya akan sangat luar biasa. 

No Deal Brexit akan membuat Inggris kesulitan untuk berdagang dengan tetangganya di Eropa Daratan. Sebab, Inggris akan dikecualikan dari perjanjian perdagangan bebas sehingga produk-produk made in the UK akan kena bea masuk. Demikian juga produk-produk negara Uni Eropa, akan kena bea masuk saat berada di tanah Inggris.

Nasib Brexit yang masih samar-samar bisa membuat pelaku pasar bermain aman hari ini. Ada potensi menghindari aset-aset berisiko, sehingga menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan Asia. Tidak terkecuali Indonesia.


Faktor kedua adalah rilis data ekonomi terbaru di Jepang. Pada Januari, pemesanan mesin inti (di luar kapal dan alat-alat listrik) turun 5,4% secara month-on-month (MoM) juga turun 2,9% secara year-on-year (YoY). Penurunan secara MoM pada Januari merupakan yang terdalam sejak September 2018.

Data ini menunjukkan bahwa perekonomian Negeri Matahari Terbit masih terengah-engah. Belum ada geliat yang berarti, dunia usaha masih enggan melakukan ekspansi.

Jepang adalah perekonomian terbesar kedua di Asia, hanya kalah dari China. Sinyal stagnasi ekonomi di Jepang yang kian nyata tentu akan mempengaruhi negara-negara lainnya, termasuk Indonesia.

Dua faktor tersebut membuat investor enggan masuk ke pasar keuangan Asia. Tidak hanya pasar valas, bursa saham Asia pun didominasi warna merah.

Pada pukul 09:16 WIB, indeks Nikkei 225 anjlok 1,25%. Sementara Hang Seng turun 0,39%, Shanghai Composite melemah 0,51%, Kospi jatuh 0,94%, Straits Times berkurang 0,61%, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) minus 0,18%.

Ke mana arus modal mengalir? Jawabannya tentu ke dolar AS.

Pada pukul 09:18 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) sudah menguat 0,04%. Padahal dini hari tadi indeks ini masih terkoreksi.

Flight to quality sudah dimulai...


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Rupiah Tembus Level Terkuatnya Sejak Juni 2018

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular