Rupiah Menapaki Jalan Menuju Juara Asia 2 Hari Beruntun

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 March 2019 08:27
Rupiah Menapaki Jalan Menuju Juara Asia 2 Hari Beruntun
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Peluang rupiah untuk kembali menguat memang terbuka, karena mata uang Tanah Air begitu teraniaya akhir-akhir ini. 

Pada Selasa (12/3/2019), US$ 1 ditransaksikan Rp 14.240 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,32% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Jika penguatan ini bertahan hingga penutupan pasar, maka rupiah akan terapresiasi selama 2 hari beruntun. Sesuatu yang belum pernah terjadi sejak akhir Februari. 


Ruang penguatan rupiah memang masih terbuka, karena mata uang ini sudah melemah cukup tajam. Sejak akhir Februari hingga kemarin, rupiah melemah sampai 1,6%. Peluang untuk techical rebound cukup terbuka karena rupiah yang sudah murah akan menarik di mata investor. 



Seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah memang semakin tebal. Pada pukul 08:20 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.230 di mana penguatan rupiah menjadi 0,39%. 

Posisi rupiah di klasemen mata uang utama Asia pun semakin tidak tergoyahkan. Rupiah kini berada di posisi puncak. Dalam hal menguat terhadap dolar AS, rupiah adalah jawara Asia. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:21 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Selain faktor domestik yaitu peluang technical rebound yang besar, sentimen eksternal juga mendukung keperkasaan rupiah. Kebetulan dolar AS sedang tertekan, tidak hanya di Asia tetapi juga secara global. 

Pada pukul 08:12 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,16%. Dolar AS sepertinya sedang memasuki fase konsolidasi setelah menguat tajam beberapa waktu terakhir. 

Dalam sebulan terakhir, Dollar Index masih menguat 0,43%. Sementara sejak awal tahun, penguatannya nyaris mencapai 1%. 

 

Dolar AS juga bergeming terhadap rilis data terbaru di Negeri Paman Sam. Pada Januari 2019, penjualan ritel AS naik 0,2% secara month-on-month (MoM), jauh membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang terkontraksi alias minus 1,6% MoM. 

Namun, rasanya investor menilai bahwa penjualan ritel yang naik pada Januari belum bisa menutup rasa kecewa akibat kontraksi yang terjadi pada akhir 2018. Sebab Desember adalah puncak konsumsi di Negeri Adidaya seiring perayaan Thanksgiving, Hari Natal, Tahun Baru, dan musim liburan. Artinya, masih ada sedikit tekanan di konsumsi dan daya belum sehingga laju inflasi kemungkinan tidak akan terlalu kencang. 

Oleh karena itu, peluang The Federal Reserves/The Fed untuk kenaikan suku bunga acuan masih sangat kecil, setidaknya dalam waktu dekat. Rapat komite pengambil kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) terdekat adalah pada 20 Maret. Mengutip CME Fedwatch, peluang Jerome 'Jay' Powell dan sejawat untuk mempertahankan Federal Funds Rate di kisaran 2,25-2,5% mencapai 98,7%. 

Bahkan pada rapat FOMC berikutnya yaitu pada 1 Mei peluang untuk mempertahankan suku bunga acuan juga tetap tinggi, yaitu 97,7%. Lalu pada rapat 19 Juni, probabilitas untuk mempertahankan suku bunga acuan masih sangat besar yaitu 94,5%. 

Oleh karena itu, sepertinya dolar AS tidak akan menjadi bintang pada hari ini. Situasi yang bisa dimanfaatkan oleh rupiah dan mata uang Asia lainnya untuk kembali mencatat apresiasi.   


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular