Duh! Data Lapangan Kerja Rendah, Wall Street Akan Melemah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 March 2019 21:17
Kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 218 poin pada saat pembukaan perdagangan hari ini.
Foto: Ekspresi Trader di lantai di New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, AS, 12 November 2018. REUTERS / Brendan McDermid
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham di Wall Street tampaknya akan menutup perdagangan pekan ini dengan suram.

Kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 218 poin pada saat pembukaan perdagangan hari ini, Jumat (8/3/2019), sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite diimplikasikan turun masing-masing sebesar 21 dan 72 poin.

Pelaku pasar berbondong-bondong melepas saham di Negeri Paman Sam seiring dengan rilis data tenaga kerja AS yang begitu mengecewakan.


Sekitar setengah jam yang lalu, penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian periode Februari diumumkan sebanyak 20.000 saja, sangat jauh di bawah konsensus yang sebanyak 180.000, seperti dilansir dari Forex Factory.

Memang, tingkat pengangguran berhasil ditekan ke level 3,8%, dari yang sebelumnya 3,9%. Namun jika lemahnya penciptaan lapangan kerja berlanjut ke depannya, tingkat pengangguran di AS bisa melonjak.

Duh! Penciptaan Lapangan Kerja Loyo, Wall Street Akan AnjlokFoto: REUTERS/Andrew Kelly

Rilis data ini lantas kian mengonfirmasi bahwa perekonomian dunia sedang berada dalam siklus perlambatan. Hari ini, ekspor China periode Februari 2019 diumumkan terkontraksi sebesar 20,7% secara tahunan, jauh lebih dalam dibandingkan konsensus yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 4,8% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor turun hingga 5,2%, juga lebih dalam dari ekspektasi yakni penurunan sebesar 1,4%.

Kemarin (7/3/2019), European Central Bank (ECB) memutuskan untuk memangkas habis target pertumbuhan ekonomi zona Euro untuk tahun ini menjadi 1,1%, dari yang sebelumnya 1,7%. Target pertumbuhan untuk tahun depan juga dipangkas menjadi 1,6%, dari yang sebelumnya 1,7%.

"Kehadiran dari ketidakpastian terkait dengan faktor-faktor geopolitik, ancaman dari proteksionisme, dan kerentanan di negara-negara berkembang nampak telah mempengaruhi sentimen ekonomi [di Zona Euro]," papar Gubernur ECB Mario Draghi dalam konferensi pers usai rapat, mengutip CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/tas) Next Article 5 BUMN China Hengkang Dari Wall Street

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular