
Asing Obral Saham Telkom Rp 191 M, Gara-gara Huawei?
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
08 March 2019 17:20

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) terkena imbas panasnya hubungan antara pemerintah Amerika Serikat (AS) dan perusahaan telekomunikasi raksasa asal China, Huawei.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, saham TLKM hari ini, Jumat (8/3/2019), ditutup melemah hingga 2,02% di level Rp 3.740/saham, dengan nilai transaksi Rp 581,05 miliar dan volume perdagangan 154 juta saham.
Saham TLKM tersebut terendah semenjak 14 Februari 2019 dan membukukan aksi jual (net sell) asing terbesar senilai Rp 191,20 miliar atau setara 31% dari total net sell asing hari ini di semua pasar Rp 609,66 miliar.
Alhasil, bisa disimpulkan penjualan saham TLKM oleh asing inilah yang menjadi salah satu momok kenapa net sell asing di bursa hari ini cukup tinggi.
Selain di BEI, pergerakan harga saham TLKM serupa juga terjadi di Amerika Serikat. Saham Telkom di New York Stock Exchange (NYSE) turun 1,69% menjadi US$ 26,7/ unit, terendah semenjak 9 Januari 2019. Penurunan signifikan saham Telkom yang berkode TLK di NYSE terjadi sejak Rabu (6/3/2018), pada saat Huawei mengajukan gugatan ke pemerintah AS.
TLKM tercatat juga di NYSE pada 14 November 1995 bersamaan dengan listing di BEI.
Lalu, sebenarnya apa hubungan Telkom dengan Huawei?
Pada 27 Februari 2019, Telkom ternyata sudah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Huawei untuk mendukung Indonesia Digital 2015, seperti dilansir dari Reuters.
Dalam perjanjian tersebut, Telkom dan Huawei berencana untuk mengembangkan infrastruktur ICT (Information, Communication, Technology) yang lebih maju dan inovatif.
Sayangnya, konflik yang tak kunjung surut antara pemerintah AS dan Huawei membuat investor pesimistis akan progres kerja sama keduanya. Jika Huawei sampai kalah di tingkat banding, maka ada risiko kerugian yang cukup besar yang berdampak pada jumlah investasi yang akan disalurkan untuk proyek dengan Telkom.
Di lain sisi, peleburan sistem uang elektronik T-Cash menjadi LinkAja juga turut menurunkan minat investor terhadap Telkom. Pasalnya, LinkAja yang saat ini masih menjadi milik Telkom harus dibagi dengan delapan BUMN lain, sehingga kepemilikan Telkom turun menjadi 25%. Dengan demikian ini berdampak terhadap potensi pertumbuhan penerimaan Telkom.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Simak ulasan satelit Telkom.
[Gambas:Video CNBC]
(dwa/tas) Next Article Mitratel Ambil Alih Perusahaan Tower
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, saham TLKM hari ini, Jumat (8/3/2019), ditutup melemah hingga 2,02% di level Rp 3.740/saham, dengan nilai transaksi Rp 581,05 miliar dan volume perdagangan 154 juta saham.
Saham TLKM tersebut terendah semenjak 14 Februari 2019 dan membukukan aksi jual (net sell) asing terbesar senilai Rp 191,20 miliar atau setara 31% dari total net sell asing hari ini di semua pasar Rp 609,66 miliar.
Selain di BEI, pergerakan harga saham TLKM serupa juga terjadi di Amerika Serikat. Saham Telkom di New York Stock Exchange (NYSE) turun 1,69% menjadi US$ 26,7/ unit, terendah semenjak 9 Januari 2019. Penurunan signifikan saham Telkom yang berkode TLK di NYSE terjadi sejak Rabu (6/3/2018), pada saat Huawei mengajukan gugatan ke pemerintah AS.
TLKM tercatat juga di NYSE pada 14 November 1995 bersamaan dengan listing di BEI.
![]() |
Lalu, sebenarnya apa hubungan Telkom dengan Huawei?
Pada 27 Februari 2019, Telkom ternyata sudah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Huawei untuk mendukung Indonesia Digital 2015, seperti dilansir dari Reuters.
Dalam perjanjian tersebut, Telkom dan Huawei berencana untuk mengembangkan infrastruktur ICT (Information, Communication, Technology) yang lebih maju dan inovatif.
Sayangnya, konflik yang tak kunjung surut antara pemerintah AS dan Huawei membuat investor pesimistis akan progres kerja sama keduanya. Jika Huawei sampai kalah di tingkat banding, maka ada risiko kerugian yang cukup besar yang berdampak pada jumlah investasi yang akan disalurkan untuk proyek dengan Telkom.
Di lain sisi, peleburan sistem uang elektronik T-Cash menjadi LinkAja juga turut menurunkan minat investor terhadap Telkom. Pasalnya, LinkAja yang saat ini masih menjadi milik Telkom harus dibagi dengan delapan BUMN lain, sehingga kepemilikan Telkom turun menjadi 25%. Dengan demikian ini berdampak terhadap potensi pertumbuhan penerimaan Telkom.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Simak ulasan satelit Telkom.
[Gambas:Video CNBC]
(dwa/tas) Next Article Mitratel Ambil Alih Perusahaan Tower
Most Popular