
Penjelasan BI Kenapa Dolar AS Kian Perkasa & Rupiah Terhantam
Iswari Anggit Pramesti, CNBC Indonesia
08 March 2019 13:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali ke level Rp 14.300/US$ dan menjadi yang terlemah sejak Januari 2019 lalu. Apa saja yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi?
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan dalam sepekan terakhir telah terjadi perkembangan yang terlihat signifikan di global. Hal ini mendorong terjadinya risk off di pasar keuangan global.
"Sehingga mendorong menguatnya dolar AS," kata Perry di Jakarta, Jumat (8/3/2019).
Menurut Perry, manufaktur AS menunjukkan adanya perbaikan. Sehingga ada sentimen positif yang membuat dolar ikut menguat. Selain itu, Eropa sendiri masih ada beberapa permasalahan.
"Eropa juga memperpanjang stimulus moneternya, dovish. Euro akhirnya melemah, maka membuat mata uang dolar AS semakin kuat," ungkapnya.
Namun Perry mengatakan, pelemahan nilai tukar terjadi bukan hanya di Indonesia. Namun di beberapa negara lain juga.
"Sentimennya ada risiko geopolitik hingga tidak tercapainya kesepakatan antara AS dan Korea Utara, ditambah Brexit," tutur Perry.
"Rupiah ada tekanan juga ini memang lebih banyak faktor eksternal. Faktor domestik semua bagus, inflasi rendah, inflow modal asing juga terus berjalan dan cadangan devisa meningkat. Adapun neraca dagang Februari 2019 diproyeksikan surplus."
Simak Video : Era 'Diskon' Rupiah Berlanjut
[Gambas:Video CNBC]
(dru/dru) Next Article Rupiah Jawara di Asia
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan dalam sepekan terakhir telah terjadi perkembangan yang terlihat signifikan di global. Hal ini mendorong terjadinya risk off di pasar keuangan global.
"Sehingga mendorong menguatnya dolar AS," kata Perry di Jakarta, Jumat (8/3/2019).
![]() |
"Eropa juga memperpanjang stimulus moneternya, dovish. Euro akhirnya melemah, maka membuat mata uang dolar AS semakin kuat," ungkapnya.
Namun Perry mengatakan, pelemahan nilai tukar terjadi bukan hanya di Indonesia. Namun di beberapa negara lain juga.
"Sentimennya ada risiko geopolitik hingga tidak tercapainya kesepakatan antara AS dan Korea Utara, ditambah Brexit," tutur Perry.
"Rupiah ada tekanan juga ini memang lebih banyak faktor eksternal. Faktor domestik semua bagus, inflasi rendah, inflow modal asing juga terus berjalan dan cadangan devisa meningkat. Adapun neraca dagang Februari 2019 diproyeksikan surplus."
Simak Video : Era 'Diskon' Rupiah Berlanjut
[Gambas:Video CNBC]
(dru/dru) Next Article Rupiah Jawara di Asia
Most Popular