Di Kurs Tengah BI dan Spot, Rupiah Terlemah Sejak 4 Januari!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 March 2019 10:32
Di Kurs Tengah BI dan Spot, Rupiah Terlemah Sejak 4 Januari!
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs tengah Bank Indonesia (BI) melemah hari ini. Seperti di pasar spot, dolar AS pun sudah menembus kisaran Rp 14.200. 

Pada Jumat (8/3/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.223. Rupiah melemah 0,67% dibandingkan posisi sebelum libur Hari Raya Nyepi dan menyentuh posisi terlemah sejak 4 Januari. 

 

Nasib rupiah di pasar spot setali tiga uang. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.225. Rupiah melemah 0,64% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur Hari Raya Nyepi. 

Seiring perjalanan pasar, depresiasi rupiah bertambah dalam. Pada pukul 10:08 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14,230 di mana rupiah melemah 0,67% dan menyentuh titik terlemah sejak 4 Januari. 


Derita rupiah belum berhenti sampai di situ. Pasalnya, kini mayoritas mata uang utama Asia berhasil menguat terhadap dolar AS. Selain rupiah, hanya ringgit Malaysia dan yuan China yang masih terjebak di zona merah. 

Dengan depresiasi 0,67%, rupiah sah menjadi mata uang terlemah di Asia. Akhir pekan ini sepertinya tidak akan indah buat rupiah. 


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:12 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Sepertinya rupiah agak jetlag karena kemarin tidak diperdagangkan. Akibatnya, rupiah baru menyerap perkembangan yang terjadi kemarin plus merespons sentimen yang beredar hari ini. Sungguh beban yang berat. 

Sementara mata uang Asia sudah melemah pada perdagangan kemarin. Sehingga hari ini investor masih berkenan mengoleksi mata uang Benua Kuning karena sudah murah. 


Hari ini, sentimen utama pemberat langkah rupiah adalah perkembangan dari Eropa. Bank Sentral Uni Eropa (ECB) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Zona Euro untuk 2019 dari 1,7% menjadi 1,1%. 


Data-data di Benua Biru memang agak suram. Laju inflasi pada Januari 2019 tercatat 1,4% year-on-year (YoY), paling lemah dalam 9 bulan terakhir. Ini menandakan permintaan di Eropa belum pulih sehingga dunia usaha rau-ragu menaikkan harga.  

Kemudian output indutrial Zona Euro pada Desember 2018 turun 4,2% YoY. Ini menjadi penurunan paling dalam sejak November 2009. Lalu pertumbuhan ekonomi Zona Euro pada kuartal IV-2018 tercatat 1,2%, melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 1,6%.  

"Kita semua sedang memasuki masa-masa pelemahan dan ketidakpastian," tutur Presiden ECB Mario Draghi, mengutip Reuters. 

Apa yang terjadi di Eropa semakin memberi konfirmasi bahwa perlambatan ekonomi dunia bukan sekadar mitos. Sebelumnya, China memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2019 di kisaran 6-6,5%, melambat dibandingkan pencapaian 2018 yaitu 6,6%. 

Kala ada risiko besar bernama perlambatan ekonomi dunia, investor tentu enggan berlaku agresif. Semua tentu ingin mencari selamat, dan itu lagi-lagi menguntungkan dolar AS yang berstatus aset aman (safe haven).


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular