Berkat Meikarta, Laba Lippo Cikarang Melonjak 5 Kali Lipat

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
07 March 2019 08:25
Jika kita lihat secara lebih detil, lonjakan laba bersih tersebut kebanyakan berasal dari penjualan dan keuntungan investasi.
Foto: Ilustrasi Suasana Marketing Gallery Meikarta (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Laba bersih PT Lippo CIkarang Tbk (LPCK) pada tahun 2018 melonjak 486,21% menjadi Rp 2,15 triliun dari posisi 2017 yang hanya Rp 366,76 miliar. Megaproyek kontroversial Meikarta, ternyata menjadi penyelamat kinerja perseroan meskipun terjadi banyak masalah pada proyek ini.

Lonjakan laba bersih tersebut membuat laba per saham menjadi Rp 3.096/ saham. Ini membuat transaksi saham perseroan di pasar melonjak dua kali lipat dari rata-rata hariannya yang hanya 1,43 juta unit menjadi 3,07 juta unit saham dan harga saham naik tipis 0,83% ke level Rp 2.420/saham.

Jika disimak lebih rinci dalam laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan kemarin, Rabu (06/03/2019), lonjakan laba bersih tersebut kebanyakan berasal dari penjualan dan keuntungan investasi. Penjualan perseoran naik 47,2% menjadi Rp 2,2 triliun, dari sebelumnya yang hanya Rp 1,5 triliun di tahun 2017.

Penjualan lahan di proyek Meikarta menjadi pendorongnya, yakni sebesar Rp 838,2 miliar, atau melesat 1.482% YoY dibanding tahun 2017 yang hanya Rp 54.19 miliar. Penjualan ini tercatat dari investasi perseroan pada ada anak usaha, PT Mahkota Sentosa Utama (MSU), yang merupakan pengembang proyek Meikarta.

Tidak hanya itu, proyek Meikarta juga "menyuntik" laba bersih LPCK lewat keuntungan investasi senilai Rp 2,26 triliun yang muncul dari penjualan saham LPCK di MSU. Sebagai Informasi, pada awal tahun 2017 perusahaan memegang kepemilikan saham MSU sebesar 49,72%.

Keuntungan investasi tersebut adalah selisih atas biaya perolehan (acquisition cost) sebesar Rp 2.24 triliun dengan penurunan nilai investasi, sebesar Rp 117,84 miliar. Namun, pelepasan tersebut juga memberikan efek samping terhadap turunnya total aset dan liabilitas perseroan

Pasalnya, tahun lalu perseroan mencatat kontraksi 31,04% untuk aset sebesar Rp 8,59 triliun dari Rp 12,46 triliun pada tahun 2017. Penurunan ini mayoritas berasal dari hilangnya total persediaan perusahaan yang anjlok 49,3% menjadi Rp 3,97 triliun.

Sebagai informasi, persediaan perusahaan mencakup infrastruktur, rumah hunian, rumah toko, apartemen, dan laham dalam pengembangan.

Di samping itu, nilai uang muka atau deposit pelanggan juga turun 79,90%, dari Rp 2,85 triliun di tahun 2017 menjadi Rp 572,76 miliar di tahun 2018. Alhasil, total liabilitas perusahaan juga turun 64,18% menjadi Rp 1,7 triliun .

Dengan demikian, walaupun megaproyek Meikarta memberikan euforia dari laba, perseroan juga harus merelakan hilangnya aset mereka.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Pengembang Meikarta Blak-blakan Alasan Gugat Konsumen Rp 56 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular