Jangan Menyerah, Rupiah!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 March 2019 08:13
Jangan Menyerah, Rupiah!
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Dolar AS sepertinya mulai nyaman di kisaran Rp 14.100. 

Pada Senin (4/3/2018), US$ 1 dibanderol Rp 14.115 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Sebelumnya, rupiah sudah melemah di hadapan dolar AS selama 3 hari perdagangan beruntun. Jika pelemahan saat ini bertahan hingga penutupan pasar, maka rupiah terdepresiasi selama 4 hari berturut-turut. Rantai koreksi terpanjang sejak awal Oktober 2018. 



Pagi ini, dolar AS memang masih perkasa di Asia. Mayoritas mata uang Benua Kuning melemah di hadapan greenback, di mana rupee India menjadi mata uang dengan depresiasi terdalam. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 07:48 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Namun, pelemahan rupiah yang terbatas membuat mata uang Tanah Air berpeluang menyeberang ke zona hijau. Pasalnya, dolar AS juga sedang tertekan secara global. 

Pada pukul 07:51 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,12%. Padahal dini hari tadi indeks ini masih menguat nyaris 0,3%. 

Pelemahan dolar AS terjadi seiring tersiar kabar bahwa China bersedia menurunkan tarif bea masuk untuk importasi produk-produk made in USA. Mengutip Wall Street Journal, beberapa sumber di lingkaran dalam pemerintah China mengungkapkan bahwa Beijing bersedia untuk menurunkan bea masuk dan mengurangi hambatan untuk masuknya produk-produk pertanian, farmasi, otomotif, dan lain-lain asal AS. 

Selain itu, para sumber tersebut juga menyebutkan bahwa kesepakatan dagang AS-China akan ditandatangani pada 27 Maret. Sebagai bagian dari kesepakatan dagang, China berkomitmen untuk membeli gas alam senilai US$ 18 miliar dari Cheniere Energy yang berbasis di Houston, Texas. 

Sikap China ini merupakan balasan terhadap kebijakan AS yang menunda kenaikan tarif bea masuk terhadap importasi produk China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%. Penundaan ini akan dituangkan dalam peraturan pemerintah yang terbit pada Kamis pekan ini waktu Washington. 

"Kenaikan tarif tidak lagi layak untuk diterapkan mengingat perkembangan negosiasi yang berjalan sejak Desember 2018. Tarif akan tetap 10% sampai ada pemberitahuan selanjutnya," sebut keterangan tertulis kantor Perwakilan Dagang AS, mengutip Reuters. 

Hubungan AS-China yang kembali mesra setelah pekan lalu agak tegang membuat pelaku pasar kembali berbunga-bunga. Perlahan tapi pasti, investor mulai keluar dari aset aman seperti dolar AS dan memburu instrumen berisiko di negara berkembang.


Jika arus modal ini mampir ke Indonesia, maka rupiah kemungkinan bisa berbalik arah. Selain itu, pelemahan rupiah yang sudah terjadi selama 3 hari beruntun sebenarnya juga membuka peluang untuk rebound

Jangan menyerah, rupiah!


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular