
Gara-gara Registrasi Sim Card, Ebitda Indosat Anjlok 44%
Monica Wareza, CNBC Indonesia
25 February 2019 21:04

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Indosat Tbk (ISAT) mencatatkan penurunan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (ebitda) sebesar 43,92% sepanjang kinerja tahun buku 2018. Ebitda tersebut turun menjadi Rp 7,67 triliun dari Rp 13,69 triliun yang dikantongi perusahaan sepanjang 2017 lalu.
Berdasarkan laporan keuangan tahunan Ooredoo, induk Usaha Perusahaan yang tercatat di Qatar Stock Exchange dan di Abu Dhabi Securities Exchange, pendapatan bersih Indosat turun sebesar 22,67%. Turun menjadi Rp 23,14 triliun secara year on year (YoY) dibandingkan Rp 29,92 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sepanjang tahun ini pendapatan perusahaan tertekan akibat adanya kebijakan pemerintah mengenai registrasi kartu SIM. Namun perusahaan berhasil bangkit pada kuartal ketiga dan keempat 2018.
Selain itu, di tahun ini ebitda perusahaan cukup tertekan karena massive-nya investasi yang dilakukan untuk menambah jumlah Base Transceiver Station (BTS) yang hingga akhir tahun lalu jumlahnya mencapai 17 ribu untuk jaringan komunikasi generasi keempat (4G).
Hingga periode tahun tersebut perusahaan sudah memiliki area coverage untuk jaringan 4G mencapai 80%. Berdasarkan data perusahaan, pasca diluncurkan jaringan 4G di beberapa daerah, lalu lintas data meningkat cukup besar.
Adapun jumlah penggunanya hingga akhir tahun lalu tercatat berjumlah 58 miliar pengguna.
Sebelumnya Konsensus analis memprediksi tingkat earning before interest, tax, depreciation and amortisation (ebitda) PT Indosat Tbk (ISAT) sepanjang 2018 tertekan sebesar 44% secara year on year (YoY) menjadi Rp 7,68 triliun dibandingkan dengan tahun 2017.
Adapun secara quarter to quarter (QtQ) ebitda ISAT juga tertekan hingga 13,5%. Ebitda adalah laba sebelum beban bunga, beban pajak, beban depresiasi, dan beban amortisasi, yang biasa digunakan untuk melihat kinerja organik perseroan.
Michael W Setjoadi dan Jessica Pratiwi dari RHB Sekuritas Indonesia dalam risetnya pada Senin (25/2/2019) menyebutkan pendapatan perusahaan Telekomunikasi milik Ooredoo Qatar itu terpangkas 27% YoY menjadi Rp 23,14 triliun.
Saksikan Video Strategi Chris Kanter Pimpin Indosat
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article RHB: Pelanggan Menyusut, Ebitda ISAT Anjlok 44% di 2018
Berdasarkan laporan keuangan tahunan Ooredoo, induk Usaha Perusahaan yang tercatat di Qatar Stock Exchange dan di Abu Dhabi Securities Exchange, pendapatan bersih Indosat turun sebesar 22,67%. Turun menjadi Rp 23,14 triliun secara year on year (YoY) dibandingkan Rp 29,92 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Hingga periode tahun tersebut perusahaan sudah memiliki area coverage untuk jaringan 4G mencapai 80%. Berdasarkan data perusahaan, pasca diluncurkan jaringan 4G di beberapa daerah, lalu lintas data meningkat cukup besar.
Adapun jumlah penggunanya hingga akhir tahun lalu tercatat berjumlah 58 miliar pengguna.
Sebelumnya Konsensus analis memprediksi tingkat earning before interest, tax, depreciation and amortisation (ebitda) PT Indosat Tbk (ISAT) sepanjang 2018 tertekan sebesar 44% secara year on year (YoY) menjadi Rp 7,68 triliun dibandingkan dengan tahun 2017.
Adapun secara quarter to quarter (QtQ) ebitda ISAT juga tertekan hingga 13,5%. Ebitda adalah laba sebelum beban bunga, beban pajak, beban depresiasi, dan beban amortisasi, yang biasa digunakan untuk melihat kinerja organik perseroan.
Michael W Setjoadi dan Jessica Pratiwi dari RHB Sekuritas Indonesia dalam risetnya pada Senin (25/2/2019) menyebutkan pendapatan perusahaan Telekomunikasi milik Ooredoo Qatar itu terpangkas 27% YoY menjadi Rp 23,14 triliun.
Saksikan Video Strategi Chris Kanter Pimpin Indosat
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article RHB: Pelanggan Menyusut, Ebitda ISAT Anjlok 44% di 2018
Most Popular