
Pagi Teraniaya, Siang Rupiah Berjaya!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 February 2019 14:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Pagi tadi, rupiah sempat menjadi mata uang terlemah di Asia. Kini semua berubah. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), rupiah berhasil berbalik menguat.
Pada Jumat (22/2/2019) pukul 14:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.050. Rupiah menguat 0,06% dibandingkan posisi penutupan pasar hari sebelumnya.
Perjalanan rupiah cukup impresif hari ini. Mengawali perdagangan pasar spot di zona merah, depresiasi rupiah terus menebal. Bahkan rupiah sempat mendapat 'gelar' sebagai mata uang terlemah Asia.
Namun jelang tengah hari performa rupiah mulai membaik. Depresiasi rupiah terus menipis dan akhirnya habis. Rupiah berhasil menyeberang ke jalur hijau.
Gerak rupiah senada dengan mata uang Asia lainnya. Dolar AS yang awalnya begitu perkasa hingga menyapu bersih mata uang Benua Kuning kini balik dikeroyok oleh rupiah sampai peso Filipina.
Ya, mayoritas mata uang utama Asia kini menguat di hadapan dolar AS. Peso menjadi mata uang terbaik dan rupiah berada di posisi kedua.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 14:09 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Lunturnya pamor dolar AS tidak hanya terjadi di Asia, tetapi mendunia. Pada pukul 14:10 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) sudah terkoreksi 0,04%.
Sepertinya investor makin yakin dengan prospek damai dagang AS-China. Dialog dua perekonomian terbesar di planet bumi tersebut sedang dihelat di Washington. Mengutip Reuters, AS dan China sudah menyapakati gambaran besar nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) yang mencakup perlindungan terhadap kekayaan intelektual, perluasan investasi sektor jasa, transfer teknologi, pertanian, nilai tukar, dan halangan non-tarif (non-tariff barrier) di bidang perdagangan.
Kini perundingan sudah masuk ke hal-hal yang lebih detil, seperti nasib beberapa korporasi. Financial Times memberitakan, delegasi AS dan China sedang membahas friksi antara perusahaan semikonduktor Micron dan Fujian Jinhua. Nantinya hal-hal seperti ini akan menjadi bagian dari MoU.
Perundingan dagang di Washington akan berakhir Jumat waktu setempat. Pelaku pasa meyakini kedua negara akan mampu menyelesaikan MoU sehingga membuka jalan menuju damai dagang.
Atas dasar ini, mata uang Asia mendapatkan kembali momentum untuk melawan dolar AS. Investor kembali bergairah, berani mengambil risiko, dan masuk ke pasar keuangan negara-negara berkembang Asia termasuk Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Jumat (22/2/2019) pukul 14:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.050. Rupiah menguat 0,06% dibandingkan posisi penutupan pasar hari sebelumnya.
Perjalanan rupiah cukup impresif hari ini. Mengawali perdagangan pasar spot di zona merah, depresiasi rupiah terus menebal. Bahkan rupiah sempat mendapat 'gelar' sebagai mata uang terlemah Asia.
Namun jelang tengah hari performa rupiah mulai membaik. Depresiasi rupiah terus menipis dan akhirnya habis. Rupiah berhasil menyeberang ke jalur hijau.
Gerak rupiah senada dengan mata uang Asia lainnya. Dolar AS yang awalnya begitu perkasa hingga menyapu bersih mata uang Benua Kuning kini balik dikeroyok oleh rupiah sampai peso Filipina.
Ya, mayoritas mata uang utama Asia kini menguat di hadapan dolar AS. Peso menjadi mata uang terbaik dan rupiah berada di posisi kedua.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 14:09 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Lunturnya pamor dolar AS tidak hanya terjadi di Asia, tetapi mendunia. Pada pukul 14:10 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) sudah terkoreksi 0,04%.
Sepertinya investor makin yakin dengan prospek damai dagang AS-China. Dialog dua perekonomian terbesar di planet bumi tersebut sedang dihelat di Washington. Mengutip Reuters, AS dan China sudah menyapakati gambaran besar nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) yang mencakup perlindungan terhadap kekayaan intelektual, perluasan investasi sektor jasa, transfer teknologi, pertanian, nilai tukar, dan halangan non-tarif (non-tariff barrier) di bidang perdagangan.
Kini perundingan sudah masuk ke hal-hal yang lebih detil, seperti nasib beberapa korporasi. Financial Times memberitakan, delegasi AS dan China sedang membahas friksi antara perusahaan semikonduktor Micron dan Fujian Jinhua. Nantinya hal-hal seperti ini akan menjadi bagian dari MoU.
Perundingan dagang di Washington akan berakhir Jumat waktu setempat. Pelaku pasa meyakini kedua negara akan mampu menyelesaikan MoU sehingga membuka jalan menuju damai dagang.
Atas dasar ini, mata uang Asia mendapatkan kembali momentum untuk melawan dolar AS. Investor kembali bergairah, berani mengambil risiko, dan masuk ke pasar keuangan negara-negara berkembang Asia termasuk Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular