
Rupiah Bisa Menguat, Asalkan...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 February 2019 12:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memang masih melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Namun, mulai terlihat pertanda kebangkitan rupiah.
Pada Kamis (21/2/2019) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.045. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Mengawali perdagangan pasar spot, sebenarnya rupiah belum melemah. Namun rupiah tidak menguat juga alias stagnan.
Sejurus kemudian rupiah terperosok ke zona merah. Bahkan depresiasi rupiah sempat semakin dalam ke kisaran 0,2%.
Jelang tengah hari, pelemahan rupiah menipis. Jika tren ini berlanjut, maka masih ada peluang bagi rupiah untuk berbalik menguat.
Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hingga tengah hari ini:
Mata uang utama Asia yang awalnya tidak berdaya di hadapan dolar AS kini mulai mampu melawan. Beberapa bahkan sudah mencatat apresiasi, seperti yuan China, dolar Hong Kong, yen Jepang, dolar Singapura, dan dolar Taiwan.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:07 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Angin segar memang sedang berembus di Benua Kuning. Asalnya adalah dari Washington, lokasi perundingan dagang AS-China.
Reuters memberitakan bahwa AS dan China sudah menyepakati nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) yang membuka jalan menuju damai dagang. Menurut beberapa orang sumber, MoU tersebut setidaknya mencakup enam poin yaitu perlindungan terhadap kekayaan intelektual, perluasan investasi sektor jasa, transfer teknologi, pertanian, nilai tukar, dan halangan non-tarif (non-tariff barrier) di bidang perdagangan.
China juga disebut sepakat untuk semakin mengurangi surplus perdagangan dengan AS. Oleh karena itu, China akan membuat daftar 10 barang yang bisa membuat ketimpangan itu semakin sempit.
Kabar ini tampaknya langsung 'dimakan' oleh pasar dan menjadi sentimen positif. Sedikit demi sedikit, investor mulai berani ambil risiko dengan masuk ke pasar keuangan negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia.
Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 42,43 miliar sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,07% pada penutupan perdagangan Sesi I. Sebelumnya, investor asing melakukan jual bersih dan IHSG sempat terjebak di zona merah.
Sentimen positif prospek damai dagang ini baru berumur singkat, sehingga belum mampu menutup keperkasaan dolar AS. Namun perlahan penguatan dolar AS mulai terkikis.
Pada pukul 12:10 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,02%. Beberapa saat lalu, indeks ini sempat menguat di kisaran 0,1%.
Jika aura damai dagang AS-China semakin kuat, maka bisa saja kekuatan dolar AS benar-benar pudar. Ketika ini terjadi, maka rupiah masih punya harapan untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Kamis (21/2/2019) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.045. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Mengawali perdagangan pasar spot, sebenarnya rupiah belum melemah. Namun rupiah tidak menguat juga alias stagnan.
Sejurus kemudian rupiah terperosok ke zona merah. Bahkan depresiasi rupiah sempat semakin dalam ke kisaran 0,2%.
Jelang tengah hari, pelemahan rupiah menipis. Jika tren ini berlanjut, maka masih ada peluang bagi rupiah untuk berbalik menguat.
Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hingga tengah hari ini:
Mata uang utama Asia yang awalnya tidak berdaya di hadapan dolar AS kini mulai mampu melawan. Beberapa bahkan sudah mencatat apresiasi, seperti yuan China, dolar Hong Kong, yen Jepang, dolar Singapura, dan dolar Taiwan.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:07 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Angin segar memang sedang berembus di Benua Kuning. Asalnya adalah dari Washington, lokasi perundingan dagang AS-China.
Reuters memberitakan bahwa AS dan China sudah menyepakati nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) yang membuka jalan menuju damai dagang. Menurut beberapa orang sumber, MoU tersebut setidaknya mencakup enam poin yaitu perlindungan terhadap kekayaan intelektual, perluasan investasi sektor jasa, transfer teknologi, pertanian, nilai tukar, dan halangan non-tarif (non-tariff barrier) di bidang perdagangan.
China juga disebut sepakat untuk semakin mengurangi surplus perdagangan dengan AS. Oleh karena itu, China akan membuat daftar 10 barang yang bisa membuat ketimpangan itu semakin sempit.
Kabar ini tampaknya langsung 'dimakan' oleh pasar dan menjadi sentimen positif. Sedikit demi sedikit, investor mulai berani ambil risiko dengan masuk ke pasar keuangan negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia.
Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 42,43 miliar sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,07% pada penutupan perdagangan Sesi I. Sebelumnya, investor asing melakukan jual bersih dan IHSG sempat terjebak di zona merah.
Sentimen positif prospek damai dagang ini baru berumur singkat, sehingga belum mampu menutup keperkasaan dolar AS. Namun perlahan penguatan dolar AS mulai terkikis.
Pada pukul 12:10 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,02%. Beberapa saat lalu, indeks ini sempat menguat di kisaran 0,1%.
Jika aura damai dagang AS-China semakin kuat, maka bisa saja kekuatan dolar AS benar-benar pudar. Ketika ini terjadi, maka rupiah masih punya harapan untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular