Dialog AS-China Terancam Alot, Laju Rupiah Terhambat

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 February 2019 10:37
Dialog AS-China Terancam Alot, Laju Rupiah Terhambat
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Di pasar spot, rupiah juga menguat di hadapan greenback. 

Pada Rabu (20/2/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar rate/Jisdor berada di Rp 14.055. Rupiah menguat 0,45% dan menyentuh titik terkuat sejak 13 Februari. 



Sementara di pasar spot, rupiah juga mampu menguat terhadap dolar AS. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.045 di mana rupiah menguat 0,37% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Seiring perjalanan pasar, penguatan rupiah agak menipis. Pada pukul 10:30 WIB, US$ 1 sama dengan Rp 14.057 di mana rupiah menguat 0,28%. 

Penguatan rupiah boleh berkurang, tetapi posisinya di klasemen mata uang Asia masih aman. Rupiah tetap berstatus sebagai mata uang terkuat kedua di Benua Kuning, hanya kalah dari yuan China. 


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:09 WIB: 

 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Performa rupiah mengendur karena tersiar kabar yang agak mencemaskan dari arena dialog dagang AS-China di Washington. Mengutip Reuters, China menegaskan AS harus menghormati hak China untuk terus membangun dan menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya. 

"Seperti halnya AS, China juga punya hak untuk melaksanakan pembangunan dan rakyat China berhak mendapatkan kehidupan yang lebih baik. AS harus menghargai hak China ini," tegas Wang Yi, Penasihat Negara China. 

Global Times, tabloid yang dikelola Partai Komunis China, ikut 'mengompori'. Dalam tajuknya, Global Times menegaskan bahwa kepentingan nasional China harus diutamakan dalam dialog dagang dengan AS. 

"Dialog dagang jangan kemudian memaksa Beijing untuk mengubah kebijakan ekonomi dan arah pembangunan. China dan AS harus mencapai kesepakatan yang mempercepat pembangunan ekonomi kedua negara," tulis Global Times. 

Sebagai catatan, beberapa permintaan AS memang agak memberatkan China dan seolah menyudutkan Negeri Tirai Bambu. Misalnya, AS mendesak China untuk menghapus (atau setidaknya mengurangi) subsidi bagi industrinya serta melarang pemaksaan transfer teknologi yang selama ini diwajibkan bagi perusahaan asing. 

Selain itu, seperti diberitakan Bloomberg dan dikutip dari Reuters, Washington juga mendesak Beijing untuk mengurangi intervensi yang sengaja melemahkan mata uang yuan. AS menuding kebijakan ini sengaja ditempuh agar ekspor China tetap kompetitif. 

Namun sepertinya China tidak akan menyerah begitu saja dengan tuntutan-tuntutan AS tersebut. Oleh karena itu, tampaknya perundingan dagang akan berlangsung alot. Jalan menuju damai dagang AS-China pun masih akan berliku. 

Akibatnya, pelaku pasar yang semula agresif kini kembali agak hati-hati. Ada kekhawatiran damai dagang AS-China akan tertunda, sehingga menimbulkan risiko bagi perekonomian dunia. Ini membuat laju rupiah dan berbagai mata uang Asia sedikit melambat.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular