
Analisis Teknikal
Jelang Akhir Pekan, IHSG Berpotensi Berakhir di Zona Merah
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
15 February 2019 13:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Dominasi sentimen negatif lebih dominan dibandingkan positif, akibatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi I masih terkoreksi 0,31% ke level 6.400. Faktor dalam negeri dari defisit neraca dagang cukup membebani jalannya IHSG.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini, Jumat (15/2/2019), merilis data perdagangan internasional periode Januari 2019. Ekspor dilaporkan turun sebesar 4,7% YoY, sementara impor juga turun 1,83% YoY. Alhasil, defisit neraca dagang Januari mencapai US$ 1,16 miliar, lebih besar dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan defisit mencapai US$ 925,5 juta.
Rupiah di pasar spot pada akhirnya juga tertekan, hingga pukul 11:00 WIB rupiah terdepresiasi 0,18% ke level Rp 14.100 per AS$. Tekanan pada rupiah juga didapat dari kenaikan harga minyak, melansir data tradingeconomics minyak mentah berjenis brent berada di level AS$64 per barrel hingga berita ini di muat, angka tersebut naik 4,56% dibandingkan minggu lalu.
Akibatnya, sektor keuangan yang didominasi perbankan jadi terbebani dan melemah 0,36% dengan sumbangan 6,9 poin pelemahan bagi IHSG. Sedangkan sektor pertambangan juga melemah meskipun ada sentimen positif dari kenaikan harga minyak.
Anjloknya harga batu bara dalam sepekan yang mencapai 4,69% menjadi biang keladi sulitnya sektor tampang naik level.
Secara teknikal, IHSG menunjukan tanda-tanda akan berakhir di teritori negatif. pola short black candle dengan menembus level terendahnya kemarin mengindikasikan lanjutan pola penurunan pada koreksi tren minor IHSG.
Selain itu, IHSG juga nampak masih belum menunjukkan tanda-tanda penguatan lanjutan dengan bergerak di bawah rata-rata nilainya dalam lima hari (moving average five/MA5) dan dua puluh hari (MA20).
Level penghalang penurunan (support) bagi IHSG berada pada level 6.375. Sedangkan penguatannya akan cenderung terbatas (resistance) pada level 6.425.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini, Jumat (15/2/2019), merilis data perdagangan internasional periode Januari 2019. Ekspor dilaporkan turun sebesar 4,7% YoY, sementara impor juga turun 1,83% YoY. Alhasil, defisit neraca dagang Januari mencapai US$ 1,16 miliar, lebih besar dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan defisit mencapai US$ 925,5 juta.
Rupiah di pasar spot pada akhirnya juga tertekan, hingga pukul 11:00 WIB rupiah terdepresiasi 0,18% ke level Rp 14.100 per AS$. Tekanan pada rupiah juga didapat dari kenaikan harga minyak, melansir data tradingeconomics minyak mentah berjenis brent berada di level AS$64 per barrel hingga berita ini di muat, angka tersebut naik 4,56% dibandingkan minggu lalu.
Anjloknya harga batu bara dalam sepekan yang mencapai 4,69% menjadi biang keladi sulitnya sektor tampang naik level.
Secara teknikal, IHSG menunjukan tanda-tanda akan berakhir di teritori negatif. pola short black candle dengan menembus level terendahnya kemarin mengindikasikan lanjutan pola penurunan pada koreksi tren minor IHSG.
![]() |
Level penghalang penurunan (support) bagi IHSG berada pada level 6.375. Sedangkan penguatannya akan cenderung terbatas (resistance) pada level 6.425.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Most Popular