Rupiah Kini Runner-up Asia, Terima Kasih AS-China!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 February 2019 09:23
Rupiah Kini <i>Runner-up</i> Asia, Terima Kasih AS-China!
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Bahkan dolar AS sudah kian dekat ke bawah Rp 14.000. 

Pada Rabu (13/2/2019) pukul 09:02 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.020. Rupiah menguat 0,32% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. Jika rupiah terus menguat, bukan tidak mungkin dolar AS didorong ke bawah Rp 14.000. 

Dolar AS memang sedang teraniaya di Asia. Mayoritas mata uang utama Benua Kuning mampu menguat terhadap greenback, dengan ringgit Malaysia menjadi yang terkuat. Sementara rupiah yang sebelumnya mengisi peringkat tiga kini naik satu setrip ke posisi dua. 


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 09:04 WIB: 



Tidak hanya di Asia, dolar AS juga melemah secara global. Pada pukul 09:05 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,03%. 

Sepertinya dolar AS sedang mengambil nafas karena sudah berlari kencang belakangan ini. Dalam sebulan terakhir, Dollar Index sudah melesat 1,12%. Penguatan dolar AS yang sudah lumayan tajam membuatnya rentan terkena koreksi teknikal.

Investor yang sudah mendapat cuan lumayan di dolar AS tentu menjadi tergoda untuk mencairkannya. Dolar AS dibayangi aksi jual yang membuat nilainya melemah.
 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Selain itu, pelaku pasar juga berbunga-bunga karena proses damai dagang AS-China sepertinya berada di jalan yang benar. Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin sudah tiba di Beijing untuk meneruskan dialog dagang yang sudah dimulai sejak awal pekan. 

"Saya berharap pertemuan ini produktif," ujar Mnuchin, mengutip Reuters. 

Sementara Lighthizer juga optimistis perundingan dengan China akan membuahkan hasil yang positif. Hal ini diungkapkan oleh Rob Portman, Senator Ohio dari Partai Republik, yang berbincang dengan Lighthizer baru-baru ini. 

"Saya rasa mereka sudah membuat perkembangan yang bagus sehingga pada 1 Maret nanti sudah ada kesepakatan yang memadai. Dengan begitu, tidak akan ada kenaikan tarif bea masuk," tutur Portman, mengutip Reuters. 

Sebagai informasi, dalam pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Argentina awal Desember 2018 disepakati bahwa kedua negara akan melakukan 'gencatan senjata' selama 90 hari, berakhir pada 1 Maret 2019. Jika sampai 1 Maret tidak ada kesepakatan damai dagang, maka AS akan menaikkan tarif bea masuk untuk impor produk China senilai US$ 200 milar dari 10% menjadi 25%. 

Namun dengan perkembangan terkini, ada harapan bahwa kesepakatan damai dagang bisa tercapai sebelum 1 Maret. Bahkan dunia usaha yang awalnya ragu kini berbalik menjadi optimistis. 

"Saya merasa bahwa kedua pihak punya keinginan yang kuat untuk mencapai kesepakatan," ujar Erin Ennis, Senior Vice Presiden US-China Business Council, dikutip dari Reuters. 

Hawa damai dagang yang semakin terasa membuat pelaku pasar ogah bermain aman. Aset-aset berisiko di negara berkembang Asia kembali menjadi buruan, termasuk di Indonesia. Akibatnya, rupiah pun menguat dan berhasil menjadi runner-up Asia.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular