
Rupiah KO di Asia, Lawan Yuan yang 'Mabuk' pun Tak Berdaya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 February 2019 14:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah sejak pagi tadi. Namun bukan cuma lawan dolar AS, rupiah juga pasrah melemah di hadapan mata uang utama Asia.
Pada Senin (11/2/2019) pukul 14:09 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.020 di perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,43% dibandingkan posisi penutupan penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Dalam urusan menghadapi dolar AS, rupiah menjadi yang paling lemah di Asia. Tidak ada mata uang Benua Kuning yang terdepresiasi lebih dalam ketimbang rupiah.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 14:11 WIB:
Rupiah terlemah di Asia dalam hal satu lawan satu dengan greenback. Namun kala berhadapan dengan mata uang Asia, rupiah juga ternyata tidak berdaya. Yen Jepang sampai peso Filipina mampu menguat terhadap mata uang Tanah Air.
Bahkan yuan China pun bisa terapresiasi melawan rupiah. Padahal yuan baru diperdagangkan hari ini karena pasar keuangan Negeri Tirai Bambu libur selama sepekan lalu memperingati Tahun Baru Imlek. Yuan yang masih 'mabuk' pun bisa menang lawan rupiah.
Berikut perkembangan kurs mata uang utama Asia terhadap rupiah pada pukul 14:15 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sepertinya data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) begitu berat membebani langkah rupiah hari ini. Pada kuartal IV-2018 NPI tercatat surplus US$ 5,42 miliar, tetapi karena terus defisit pada 3 kuartal sebelumnya, NPI sepanjang 2018 tetap minus US$ 7,13 miliar. Defisit NPI pada 2018 menjadi yang terdalam sejak 2013.
Sementara defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) pada kuartal IV-2018 adalah 3,57% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini menjadi defisit terdalam sejak kuartal II-2014.
Sedangkan secara tahunan, defisit transaksi berjalan masih di bawah 3% PDB tepatnya 2,98%. Namun ini juga menjadi catatan terburuk sejak 2014.
NPI menggambarkan keseimbangan eksternal Indonesia, seberapa banyak devisa yang masuk dan keluar. Jika defisit, maka lebih banyak devisa yang keluar ketimbang yang masuk. Artinya lebih banyak rupiah 'dibakar' untuk ditukarkan menjadi valas sehingga ketika NPI defisit menjadi wajar apabila rupiah melemah.
Apalagi transaksi berjalan terus mencatatkan defisit, bahkan semakin dalam. Transaksi berjalan menggambarkan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa, devisa yang lebih bertahan lama.
Oleh karena itu, transaksi berjalan menjadi fondasi penting yang menyokong nilai tukar. Saat dia defisit, fondasi itu menjadi rapuh sehingga rupiah rentan terdepresiasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Senin (11/2/2019) pukul 14:09 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.020 di perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,43% dibandingkan posisi penutupan penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Dalam urusan menghadapi dolar AS, rupiah menjadi yang paling lemah di Asia. Tidak ada mata uang Benua Kuning yang terdepresiasi lebih dalam ketimbang rupiah.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 14:11 WIB:
Rupiah terlemah di Asia dalam hal satu lawan satu dengan greenback. Namun kala berhadapan dengan mata uang Asia, rupiah juga ternyata tidak berdaya. Yen Jepang sampai peso Filipina mampu menguat terhadap mata uang Tanah Air.
Bahkan yuan China pun bisa terapresiasi melawan rupiah. Padahal yuan baru diperdagangkan hari ini karena pasar keuangan Negeri Tirai Bambu libur selama sepekan lalu memperingati Tahun Baru Imlek. Yuan yang masih 'mabuk' pun bisa menang lawan rupiah.
Berikut perkembangan kurs mata uang utama Asia terhadap rupiah pada pukul 14:15 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sepertinya data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) begitu berat membebani langkah rupiah hari ini. Pada kuartal IV-2018 NPI tercatat surplus US$ 5,42 miliar, tetapi karena terus defisit pada 3 kuartal sebelumnya, NPI sepanjang 2018 tetap minus US$ 7,13 miliar. Defisit NPI pada 2018 menjadi yang terdalam sejak 2013.
Sementara defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) pada kuartal IV-2018 adalah 3,57% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini menjadi defisit terdalam sejak kuartal II-2014.
Sedangkan secara tahunan, defisit transaksi berjalan masih di bawah 3% PDB tepatnya 2,98%. Namun ini juga menjadi catatan terburuk sejak 2014.
NPI menggambarkan keseimbangan eksternal Indonesia, seberapa banyak devisa yang masuk dan keluar. Jika defisit, maka lebih banyak devisa yang keluar ketimbang yang masuk. Artinya lebih banyak rupiah 'dibakar' untuk ditukarkan menjadi valas sehingga ketika NPI defisit menjadi wajar apabila rupiah melemah.
Apalagi transaksi berjalan terus mencatatkan defisit, bahkan semakin dalam. Transaksi berjalan menggambarkan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa, devisa yang lebih bertahan lama.
Oleh karena itu, transaksi berjalan menjadi fondasi penting yang menyokong nilai tukar. Saat dia defisit, fondasi itu menjadi rapuh sehingga rupiah rentan terdepresiasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular