
Perlambatan Ekonomi Kian Nyata, Wall Street Akan Terkoreksi
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
08 February 2019 21:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka melemah pada perdagangan hari ini: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 144 poin, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite diimplikasikan turun masing-masing sebesar 16 dan 58 poin.
Perlambatan ekonomi yang kian nyata membuat bursa saham Negeri Paman Sam ditinggalkan investor. Kemarin (7/2/2019), klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 2 Februari diumumkan sebanyak 234.000, di atas konsensus yang sebanyak 220.000, seperti dilansir dari Forex Factory.
Sebelumnya pada hari Selasa (5/2/2019), Non-Manufacturing PMI periode Januari 2019 versi ISM diumumkan di level 56,7, lebih rendah dibandingkan konsensus yang sebesar 57,2, seperti dilansir dari Forex Factory.
Tak hanya di AS, perlambatan ekonomi juga kian nyata terjadi di Benua Biru. Kemarin, Komisi Eropa memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi zona euro pada tahun ini menjadi 1,3%, dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 1,9%.
Lesunya perekonomian Jerman menjadi salah satu momok bagi perekonomian zona euro. Untuk tahun 2019, perekonomian Jerman diproyeksikan hanya tumbuh sebesar 1,1%, turun dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 1,8%.
Revisi ke bawah atas pertumbuhan ekonomi Jerman sebelumnya sudah diberikan oleh International Monetary Fund (IMF). Pertumbuhan ekonomi Jerman diproyeksikan sebesar 1,3% saja pada tahun ini, turun jauh dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 1,9%.
IMF mengatakan bahwa tekanan bagi perekonomian Jerman datang dari lemahnya konsumsi sektor swasta serta lemahnya produksi dari pabrikan-pabrikan mobil disana akibat aturan terbaru mengenai standar emisi.
Celakanya, perlambatan ekonomi global terjadi kala perang dagang AS-China berpotensi tereskalasi. Seperti yang diketahui, Gedung Putih belum lama ini menegaskan bahwa bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar akan tetap dinaikkan menjadi 25% (dari yang saat ini 10%), jika kesepakatan dagang tak juga tercapai hingga periode gencatan senjata berakhir (1 Maret).
Namun, Presiden AS Donald Trump menegaskan dirinya tidak akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping sebelum 1 Maret. Padahal sebelumnya Trump pernah mengatakan dirinya akan bertemu dengan Xi, bahkan mungkin lebih dari sekali, untuk mengesahkan kesepakatan dagang AS-China. Rumor yang sebelumnya beredar mengatakan bahwa pertemuan akan digelar pada akhir Februari pasca Trump melakukan pertemuan dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
"Tidak," jawab Trump atas pertanyaan wartawan apakah dia akan menemui Xi sebelum 1 Maret, mengutip Reuters.
Pada hari ini, tidak ada data ekonomi penting yang dijadwalkan dirilis di AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Perlambatan Ekonomi Kian Terasa, Wall Street akan Terkoreksi
Perlambatan ekonomi yang kian nyata membuat bursa saham Negeri Paman Sam ditinggalkan investor. Kemarin (7/2/2019), klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 2 Februari diumumkan sebanyak 234.000, di atas konsensus yang sebanyak 220.000, seperti dilansir dari Forex Factory.
Sebelumnya pada hari Selasa (5/2/2019), Non-Manufacturing PMI periode Januari 2019 versi ISM diumumkan di level 56,7, lebih rendah dibandingkan konsensus yang sebesar 57,2, seperti dilansir dari Forex Factory.
Lesunya perekonomian Jerman menjadi salah satu momok bagi perekonomian zona euro. Untuk tahun 2019, perekonomian Jerman diproyeksikan hanya tumbuh sebesar 1,1%, turun dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 1,8%.
Revisi ke bawah atas pertumbuhan ekonomi Jerman sebelumnya sudah diberikan oleh International Monetary Fund (IMF). Pertumbuhan ekonomi Jerman diproyeksikan sebesar 1,3% saja pada tahun ini, turun jauh dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 1,9%.
IMF mengatakan bahwa tekanan bagi perekonomian Jerman datang dari lemahnya konsumsi sektor swasta serta lemahnya produksi dari pabrikan-pabrikan mobil disana akibat aturan terbaru mengenai standar emisi.
Celakanya, perlambatan ekonomi global terjadi kala perang dagang AS-China berpotensi tereskalasi. Seperti yang diketahui, Gedung Putih belum lama ini menegaskan bahwa bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar akan tetap dinaikkan menjadi 25% (dari yang saat ini 10%), jika kesepakatan dagang tak juga tercapai hingga periode gencatan senjata berakhir (1 Maret).
Namun, Presiden AS Donald Trump menegaskan dirinya tidak akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping sebelum 1 Maret. Padahal sebelumnya Trump pernah mengatakan dirinya akan bertemu dengan Xi, bahkan mungkin lebih dari sekali, untuk mengesahkan kesepakatan dagang AS-China. Rumor yang sebelumnya beredar mengatakan bahwa pertemuan akan digelar pada akhir Februari pasca Trump melakukan pertemuan dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
"Tidak," jawab Trump atas pertanyaan wartawan apakah dia akan menemui Xi sebelum 1 Maret, mengutip Reuters.
Pada hari ini, tidak ada data ekonomi penting yang dijadwalkan dirilis di AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Perlambatan Ekonomi Kian Terasa, Wall Street akan Terkoreksi
Most Popular