Ekonomi AS Bergairah, Bursa Asia Ditutup Menghijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 February 2019 18:10
Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia mengakhiri hari di zona hijau.
Foto: Bursa Jepang (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia mengakhiri hari perdagangan di zona hijau. Indeks Nikkei naik 0,46%, indeks Hang Seng naik 0,21%, dan indeks Straits Times melemah 0,13%.

Sementara itu, bursa saham China dan Korea Selatan diliburkan pada Senin (4/2/2019) ini seiring dengan perayaan Tahun Baru Imlek.

Ekonomi AS yang bergairah membuat investor berani melakukan aksi beli di bursa saham regional. Akhir pekan lalu, data penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian periode Januari 2019 diumumkan yakni sebanyak 304.000, nyaris 2 kali lipat dari ekspektasi yang sebanyak 165.000, seperti dilansir dari Forex Factory. Penciptaan lapangan kerja pada bulan lalu juga mengalahkan capaian bulan Desember yang sebanyak 222.000.

Terlepas dari partial government shutdown yang melanda sepanjang bulan lalu, ternyata optimisme pelaku usaha tetap tinggi, dibuktikan oleh pesatnya penciptaan lapangan kerja.

Ke depan, laju perekonomian AS bisa kian menggeliat, mengingat pemerintahan AS kini sudah kembali beroperasi secara penuh, setidaknya sampai 15 Februari mendatang.

Rilis data ekonomi dari kawasan regional juga terbukti masih ampuh untuk mengerek kinerja bursa saham. Pada Jumat pekan lalu, pembacaan akhir untuk data Manufacturing PMI Jepang periode Januari 2019 diumumkan sebesar 50,3, mengalahkan konsensus Trading Economics yang sebesar 50.

Di sisi lain, potensi eskalasi perang dagang AS-China membatasi aksi beli yang dilakukan oleh investor. Pada Rabu dan Kamis pekan lalu, AS dan China menggelar negosiasi dagang tingkat tinggi yang melibatkan tokoh-tokoh penting seperti Wakil Perdana Menteri China Liu He, Gubernur Bank Sentral China Yi Gang, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer.

Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa masih diperlukan kerja keras untuk mampu menyegel kesepakatan dagang.

"Kami belum siap untuk menyetujui kesepakatan dagang," kata Kudlow kepada Bloomberg TV, seperti dikutip dari Reuters.

"Kami jauh dari itu [kesepakatan dagang]. Masih banyak kerja keras ke depannya."

Dalam sebuah pernyataan, Gedung Putih sudah menegaskan bahwa bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar akan tetap dinaikkan menjadi 25% (dari yang saat ini 10%), jika kesepakatan dagang tak juga tercapai hingga tanggal 2 Maret.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular