
Analisis Teknikal
Profit Taking & Harga Minyak Naik, Bikin Rupiah Tertekan
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
04 February 2019 11:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Reli kenaikan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sementara mulai terhenti. Aksi ambil untung (profit taking) terjadi pada rupiah, investor mencairkan keuntungan yang didapatnya pekan lalu.
Hingga pukul pukul 10:00 WIB, Senin (4/2/2019), US$ 1 dibanderol senilai Rp 13.960. Rupiah melemah 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. Penguatan rupiah pekan lalu agaknya terlalu tajam sehingga membuatnya rentan terkoreksi secara teknikal.
Faktor selanjutnya adalah harga minyak yang masih berada di jalur pendakian. Pada pukul 09:13 WIB, harga minyak jenis brent dan light swet naik masing-masing 0,21% dan 0,2%. Dalam sepekan terakhir, harga brent sudah melesat 4,92% dan light sweet meroket 6,61%.
Kenaikan harga minyak bukan berita bagus buat rupiah. Sebab, kenaikan harga komoditas ini akan membuat biaya impornya semakin mahal. Defisit di neraca migas bakal semakin melebar.
Secara teknikal, rupiah cenderung masih mendominasi pergerakan dibandingkan dolar Amerika Serikat (AS) dalam jangka pendek. Rupiah terlihat masih bergerak di atas garis rata-rata nilainya selama lima hari (moving average five/MA5).
Tren pergerakan rupiah terhadap dolar AS masih menguat dilihat dari akhir tahun lalu. Hal ini tercermin dari grafik dolar AS terhadap rupiah yang bergerak turun (downtrend). Dalam jangka pendek, rupiah berpotensi menguji level Rp 13.800.
Rupiah sempat melemah pukul 09:04 WIB, di mana US$ 1 setara dengan Rp 13.975. Rupiah melemah 0,29%. Pelemahan tersebut agaknya berkurang mengingat tensi perang dagang yang mulai mengendur. Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, menyebutkan perundingan berjalan baik dan arahnya positif.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Belum Berhenti Menguat, Rupiah Tembus 13.500-an Per Dolar AS
Hingga pukul pukul 10:00 WIB, Senin (4/2/2019), US$ 1 dibanderol senilai Rp 13.960. Rupiah melemah 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. Penguatan rupiah pekan lalu agaknya terlalu tajam sehingga membuatnya rentan terkoreksi secara teknikal.
Faktor selanjutnya adalah harga minyak yang masih berada di jalur pendakian. Pada pukul 09:13 WIB, harga minyak jenis brent dan light swet naik masing-masing 0,21% dan 0,2%. Dalam sepekan terakhir, harga brent sudah melesat 4,92% dan light sweet meroket 6,61%.
Secara teknikal, rupiah cenderung masih mendominasi pergerakan dibandingkan dolar Amerika Serikat (AS) dalam jangka pendek. Rupiah terlihat masih bergerak di atas garis rata-rata nilainya selama lima hari (moving average five/MA5).
![]() |
Rupiah sempat melemah pukul 09:04 WIB, di mana US$ 1 setara dengan Rp 13.975. Rupiah melemah 0,29%. Pelemahan tersebut agaknya berkurang mengingat tensi perang dagang yang mulai mengendur. Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, menyebutkan perundingan berjalan baik dan arahnya positif.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Belum Berhenti Menguat, Rupiah Tembus 13.500-an Per Dolar AS
Most Popular