
Menguat di Kurs Acuan, Rupiah Terlemah Kedua Asia di Spot
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 February 2019 10:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis cenderung flat di kurs acuan hari ini. Sementara di pasar spot, rupiah tidak mampu bertahan dari gelombang penguatan dolar AS yang menyapu Asia.
Pada Senin (4/2/2019), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 13.976. Rupiah menguat tipis cenderung stagnan yaitu 0,01% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Namun penguatan ini memperpanjang winning streak rupiah menjadi 3 hari beruntun di kurs acuan. Dalam 3 hari ini, rupiah menguat 0,96%. Sejak awal tahun, rupiah perkasa dengan apresiasi mencapai 3,49% terhadap dolar AS di kurs acuan.
Sementara di pasar spot, rupiah tidak bisa selamat. Pada pukul 10:19 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 13.95 di mana rupiah melemah 0,29% dibandingkan posisi penutupan akhir pekan lalu.
Tidak hanya melemah, rupiah pun menjadi mata uang terlemah kedua di Asia. Rupiah hanya lebih baik ketimbang yuan China.
Namun sebagai catatan, yuan hari ini tidak diperdagangkan karena pasar keuangan China libur menyambut Tahun Baru Imlek. Jadi kalau membandingkan mata uang yang masih diperdagangkan, rupiah jadi yang terlemah.
Nasib rupiah berkebalikan dengan pekan lalu, yang menjadi jawara Asia. Sepanjang pekan lalu, rupiah menguat sampai 1,03%. Pekan ini, start rupiah agak kurang mulus.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:19 WIB:
Pijakan bagi penguatan dolar AS adalah rilis data ketenagakerjaan. Pada Januari 2019, penciptaan lapangan kerja di Negeri Paman Sam mencapai 304.000. Ini menjadi angka tertinggi sejak Februari tahun lalu dan jauh di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan tambahan 165.000.
Perekonomian AS selalu berhasil menciptakan lapangan kerja tambahan dalam 100 bulan terakhir. Ini menggambarkan perekonomian AS tetap menggeliat, masih bisa tumbuh kuat meski memang ada perlambatan.
Perkembangan ini membuat pelaku pasar kembali meyakini bahwa The Federal Reserves/The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuan pada 2019, meski tidak seagresif tahun sebelumnya. Masih ada peluang Jerome 'Jay' Powell menaikkan suku bunga acuan setidaknya dua kali menuju target median 2,8% pada akhir tahun.
Dilandasi potensi kenaikan Federal Funds Rate, dolar AS menemukan kembali keperkasaannya. Kenaikan suku bunga akan membuat berinvestasi di dolar AS menguntungkan, karena ekspektasi inflasi akan terjangkar sehingga nilai mata uang tidak tergerus.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Senin (4/2/2019), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 13.976. Rupiah menguat tipis cenderung stagnan yaitu 0,01% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Namun penguatan ini memperpanjang winning streak rupiah menjadi 3 hari beruntun di kurs acuan. Dalam 3 hari ini, rupiah menguat 0,96%. Sejak awal tahun, rupiah perkasa dengan apresiasi mencapai 3,49% terhadap dolar AS di kurs acuan.
Sementara di pasar spot, rupiah tidak bisa selamat. Pada pukul 10:19 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 13.95 di mana rupiah melemah 0,29% dibandingkan posisi penutupan akhir pekan lalu.
Tidak hanya melemah, rupiah pun menjadi mata uang terlemah kedua di Asia. Rupiah hanya lebih baik ketimbang yuan China.
Namun sebagai catatan, yuan hari ini tidak diperdagangkan karena pasar keuangan China libur menyambut Tahun Baru Imlek. Jadi kalau membandingkan mata uang yang masih diperdagangkan, rupiah jadi yang terlemah.
Nasib rupiah berkebalikan dengan pekan lalu, yang menjadi jawara Asia. Sepanjang pekan lalu, rupiah menguat sampai 1,03%. Pekan ini, start rupiah agak kurang mulus.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:19 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Dolar AS kembali menemukan pijakan dan menguat terhadap mayoritas mata uang Asia. Tidak hanya di Asia, dolar AS juga menguat di tataran global. Pada pukul 10:21 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,04%. Pijakan bagi penguatan dolar AS adalah rilis data ketenagakerjaan. Pada Januari 2019, penciptaan lapangan kerja di Negeri Paman Sam mencapai 304.000. Ini menjadi angka tertinggi sejak Februari tahun lalu dan jauh di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan tambahan 165.000.
Perekonomian AS selalu berhasil menciptakan lapangan kerja tambahan dalam 100 bulan terakhir. Ini menggambarkan perekonomian AS tetap menggeliat, masih bisa tumbuh kuat meski memang ada perlambatan.
Perkembangan ini membuat pelaku pasar kembali meyakini bahwa The Federal Reserves/The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuan pada 2019, meski tidak seagresif tahun sebelumnya. Masih ada peluang Jerome 'Jay' Powell menaikkan suku bunga acuan setidaknya dua kali menuju target median 2,8% pada akhir tahun.
Dilandasi potensi kenaikan Federal Funds Rate, dolar AS menemukan kembali keperkasaannya. Kenaikan suku bunga akan membuat berinvestasi di dolar AS menguntungkan, karena ekspektasi inflasi akan terjangkar sehingga nilai mata uang tidak tergerus.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular