
Di Tengah Penguatan Rupiah, Ini yang Harus Diperhatikan
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
02 February 2019 09:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja rupiah pada perdagangan terakhir di pekan ini patut diacungi jempol. Melawan dolar AS di pasar spot, rupiah berhasil menguat 0,25% ke level Rp 13.935. Memang sebuah penguatan yang tak besar-besar amat, tapi rupiah menjadi satu-satunya mata uang di kawasan Asia yang mampu membukukan apresiasi melawan greenback.
Namun ada hal yang menurut Bank Indonesia (BI) harus diwaspadai. Apa itu?
"Kami tetap waspada karena situasi global belum sepenuhnya stabil. Sementara arah kebijakan moneter The Fed sudah semakin jelas tidak akan agresif menaikkan suku bunga, negosiasi sengketa dagang AS-China dan kemelut penyelesaian pemisahan Inggris dari Uni Eropa masih terus membayangi dinamika pasar keuangan global," kata Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia, Sabtu (2/2/2019).
Menurut Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia ini, ke depan yang penting adalah terus memperkuat kredibilitas kebijakan makro agar tingkat resiliensi ekonomi domestik semakin tangguh dalam menangkal kejutan (shock) global.
"Bauran kebijakan moneter, fiskal, dan sektor riil (reformasi struktural) yang terus bersinergi sangat penting dalam menjaga stabilitas makro sekaligus memperkuat struktur perumbuhan ekonomi yang lebih berimbang dan inklusif," ungkap Nanang.
"Sementara itu, Bank Indonesia akan tetap konsisten berada di pasar untuk mengawal stabilitas Rupiah, disertai upaya penguatan jalinanan koordinasi dan komunikasi dengan otoritas lain dan perbankan."
(dru) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Namun ada hal yang menurut Bank Indonesia (BI) harus diwaspadai. Apa itu?
"Kami tetap waspada karena situasi global belum sepenuhnya stabil. Sementara arah kebijakan moneter The Fed sudah semakin jelas tidak akan agresif menaikkan suku bunga, negosiasi sengketa dagang AS-China dan kemelut penyelesaian pemisahan Inggris dari Uni Eropa masih terus membayangi dinamika pasar keuangan global," kata Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia, Sabtu (2/2/2019).
"Bauran kebijakan moneter, fiskal, dan sektor riil (reformasi struktural) yang terus bersinergi sangat penting dalam menjaga stabilitas makro sekaligus memperkuat struktur perumbuhan ekonomi yang lebih berimbang dan inklusif," ungkap Nanang.
"Sementara itu, Bank Indonesia akan tetap konsisten berada di pasar untuk mengawal stabilitas Rupiah, disertai upaya penguatan jalinanan koordinasi dan komunikasi dengan otoritas lain dan perbankan."
(dru) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular