Belum Kehabisan Bensin, IHSG Perlebar Penguatan Jadi 0,9%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
31 January 2019 12:43
Belum Kehabisan Bensin, IHSG Perlebar Penguatan Jadi 0,9%
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca dibuka menguat 0,42% ke level 6.491,39, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlihat belum kehabisan bensin. Hingga akhir sesi 1, IHSG telah memperlebar penguatannya menjadi 0,9% ke level 6.522,1. Lantas, IHSG berpotensi untuk ditutup di atas level psikologis 6.500 untuk pertama kalinya sejak Maret 2018.

Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 1,15%, indeks Shanghai naik 0,63%, Hang Seng naik 1,21%, indeks Straits Times naik 0,38%, dan indeks Kospi naik 0,31%.

Rilis data ekonomi di kawasan regional memotori aksi beli di bursa saham. Manufacturing PMI versi resmi pemerintah China untuk periode Januari 2019 diumumkan di level 49,5. Walau angka di bawah 50 menandakan adanya kontraksi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, capaian bulan Januari berhasil mengalahkan konsensus Trading Economics yang sebesar 49,3.

Kemudaian, Non-Manufacturing PMI periode yang sama diumumkan di level 54,7, mengalahkan ekspektasi yang sebesar 53,9.

Beralih ke Jepang, pembacaan awal untuk data pertumbuhan produksi industri periode Desember 2018 diumumkan sebesar -0,1% MoM. Walaupun terdapat kontraksi, namun kontraksinya tak separah yang diharapkan. Melansir Trading Economics, konsensus untuk data tersebut berada di level -0,4% MoM.

Positifnya rilis data ekonomi di Jepang lantas memberikan sinyal bahwa tekanan terhadap perekonomian Jepang tak separah yang sebelumnya diekspektasikan pelaku pasar.
Selain itu, aksi beli di bursa saham regional juga terjadi seiring dengan optimisme yang mewarnai jalannya negosiasi dagang AS-China. Kemarin dan hari ini, AS dan China menggelar negosiasi dagang tingkat tinggi yang melibatkan tokoh-tokoh penting seperti Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer.

Ditengah negosiasi dagang yang krusial tersebut, China bergerak cepat guna meloloskan rancangan undang-undang (RUU) yang akan melarang transfer teknologi secara paksa dan intervensi pemerintah secara ilegal terhadap perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di Negeri Panda.

Xinhua News melaporkan bahwa pemungutan suara terhadap RUU tersebut akan dilakukan pada bulan Maret, seperti dikutip dari Reuters. RUU tersebut pada awalnya diperkenalkan pada 23 Desember 2018 dan biasanya memakan waktu satu tahun atau lebih untuk bisa diloloskan.

Pemungutan suara atas RUU tersebut dipercepat pasca National People’s Congress (NPC) Standing Committee menggelar rapat khusus selama 2 hari pada pekan ini untuk melakukan tinjauan yang kedua terhadap RUU tersebut.

Sebagai informasi, transfer teknologi secara paksa memang menjadi salah satu permasalahan inti dalam perang dagang kedua negara, disamping juga pencurian hak kekayaan intelektual.

Dengan etikat baik yang ditunjukkan China, ada kemungkinan negosiasi dagang kali ini akan membuahkan hasil yang signifikan. Sektor jasa keuangan (+1,21%) menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG. Apresiasi sektor jasa keuangan terjadi seiring dengan aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4: PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) naik 2,79%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,87%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,72%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 1,36%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,11%.

Sentimen positif yang ada dimanfaatkan investor untuk untuk memburu saham-saham bank BUKU 4. Selain itu, pergerakan rupiah juga mendukung. Hingga siang hari, rupiah menguat 1,06% di pasar spot ke level Rp 13.975/dolar AS.

Lebih lanjut, pelaku pasar mengapresiasi rilis kinerja keuangan BBRI. Kemarin, perusahaan melaporkan laba bersih tahun 2018 senilai Rp 32,4 triliun, naik 11,6% dibandingkan capaian tahun 2017. Kinerja keuangan perusahaan didukung oleh fee based income yang tumbuh 22,7% menjadi Rp 23,4 triliun.

Sepanjang tahun 2018, penyaluran kredit BBRI tercatat mencapai Rp 843,6 triliun atau tumbuh 14,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular