
Makin Mantap! Rupiah kembali ke Rp 13.000-an per US$
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
31 January 2019 11:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terus menjukkan penguatannya terhadap dolar AS. Pada pukul 11.50 WIB, rupiah mempu menembus level psikologis baru yakni Rp 13.980/US$.
"Kami akan membiarkan rupiah menguat di bawah Rp 14.000/US$," kata Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia, Kamis (31/1/2019).
Sehari sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan lebih stabil dan cenderung menguat pada tahun ini ketimbang tahun 2018.
Ada beberapa alasan yang membuat BI optimistis. Pertama, masuknya dana asing. Tahun lalu dana asing yang masuk ke Indonesia US$12 miliar. Kedua, kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang akan lebih rendah dari tahun lalu.
"Mungkin tahun ini akan dua kali," ujar Perry dalam Mandiri Invesment Forum di Jakarta, Rabu (30/1/2019).
Ketiga, sinergi pemerintah dan bank sentral yang buat fundamental rupiah akan membaik. Keempat, mekanisme pasar valas yang lebih fleksibel.
"Di masa lalu tergantung ke spot market, kami sudah mengembangkan DNDF dengan itu kami harapkan rupiah akan stabil dan cenderung menguat karena inflow berkelanjutan, kenaikan FFR berkurang dan current account deficit menurun dan mekanisme pasar yang lebih baik," jelas Perry.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
"Kami akan membiarkan rupiah menguat di bawah Rp 14.000/US$," kata Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia, Kamis (31/1/2019).
Sehari sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan lebih stabil dan cenderung menguat pada tahun ini ketimbang tahun 2018.
"Mungkin tahun ini akan dua kali," ujar Perry dalam Mandiri Invesment Forum di Jakarta, Rabu (30/1/2019).
Ketiga, sinergi pemerintah dan bank sentral yang buat fundamental rupiah akan membaik. Keempat, mekanisme pasar valas yang lebih fleksibel.
"Di masa lalu tergantung ke spot market, kami sudah mengembangkan DNDF dengan itu kami harapkan rupiah akan stabil dan cenderung menguat karena inflow berkelanjutan, kenaikan FFR berkurang dan current account deficit menurun dan mekanisme pasar yang lebih baik," jelas Perry.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Most Popular