Sejak Awal Tahun, Harga Minyak Sudah Lompat 17%

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
19 January 2019 18:11
Tercatat sejak awal tahun harga minyak sudah terdongkrak sekitar 17%.
Foto: dok.Pertamina
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak awal tahun 2019 hingga saat ini harga minyak mentah dunia semakin membaik.

Tercatat sejak awal tahun harga minyak sudah terdongkrak sekitar 17%. Pada penutupan perdagangan akhir pekan ini, harga minyak mentah jenis Brent naik 2,48% ke posisi US4 62,7/barel, sedangkan jenis lightsweet menguat tajam sebesar 3,23% ke level US$ 53,76/barel.

Bila dihitung, selama sepekan ini harga minyak sudah naik sekitar 3,8%.



Penguatan harga minyak pekan ini didorong oleh beberapa faktor.

Rencana pengurangan pasokan minyak dunia yang diinisiasi oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama Rusia pada awal Desember 2018 lalu mulai terlihat semakin nyata.

Kemarin (18/1/2019) OPEC merilis data yang merinci aktivitas pengurangan pasokan minyak anggotanya dan juga produsen utama lainnya untuk membuat pasar semakin optimis akan keseimbangan fundamental minyak dunia.

Mengitup Reuters, rilis data ini menyusul desakan dari Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo.

"Industri minyak tidak bertahan bila harga turun lagi," ujar Barkindo kepada Reuters pada hari Kamis (17/1/2019)

Dalam pernyataannya, panelis OPEC juga meminta anggota organisasi dan sekutunya untuk melipatgandakan upaya dalam implementasi penuh rencana pengurangan produksi tersebut secara tepat waktu.

Kelompok produsen yang lebih lanjut dikenal dengan OPEC+ telah bersepakat untuk memangkas pasokan minyak sebesar 1,2 juta barel/hari, dimana kuota dari OPEC adalah sebesar 800.000 barel/hari.

Pada paruh pertama 2019, OPEC bersama sekutunya akan memangkas produksi minyak sebesar 1,196 juta barel/hari menjadi 43,87 juta barel/hari.

Selain itu, pertemuan lanjutan juga dijadwalkan pada 17-18 April 2019 mendatang di Wina untuk memutuskan perpanjangan kesepakatan tersebut (pemotongan produksi) setelah Juni 2019

Berikut adalah daftar kuota pemotongan produksi anggota OPEC bersama sekutunya.



Pasca rilis data ini pasar sontak bereaksi positif, karena memandang kesepakatan tersebut akan benar-benar dipenuhi bila sudah serius seperti ini.

Selain itu, semakin harumnya aroma damai dagang juga turut memberi sokongan energi positif bagi harga minyak sepekan ini.

Pada Kamis sore (10/1/2019), Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng mengatakan bahwa ada perkembangan yang dicapai dari perungingan yang telah selesai dilaksanakan pada 7-9 Januari silam. Menurutnya, perkembangan tersebut erat kaitannya dengan isu-isu struktural seperti pemaksaan transfer teknologi dan perlindungan kekayaan intelektual.

Pernyataan dari Gao Feng setidaknya dapat menenangkan pelaku pasar. Sebab menurutnya pemaksaan transfer teknologi dan perlingdingan kekayaan intelektual merupakan permasalahan yang terbilang sulit untuk dipecahkan .

Selanjutnya, Presiden AS Donald Trump pada hari Senin (14/1/2019) semakin menambah optimisme pasar dengan mengatakan bahwa China ingin bernegosiasi dan perbincangannya berlangsung dengan baik.

"Kami melakukannya (perbincangan) dengan sangat baik dengan China," kata Trump di Gedung putih kepada reporter, mengutip Reuters.

"Saya rasa kami akan dapat mencapai kesepakatan dengan China."

Tidak berhenti sampai disitu, hari Kamis (17/1/2019), Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa Wakil Perdana Menteri Liu He yang merupakan tokoh penting dalam negosiasi dagang kedua negara akan berkunjung ke Washington pada 30 dan 31 Januari.

Liu He dikabarkan akan bertemu dengan dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, yang juga merupakan tokoh penting dalam negosiasi dagang kedua negara.

Bahkan, Wall Street Journal melaporkan bahwa beberapa orang sumber mengungkapkan Liu akan berdiskusi dengan Mnuchin mengenai kemungkinan penghapusan bea masuk untuk berbagai produk made in China. Walaupun kemudian dibantah oleh Kementerian Keuangan AS, pelaku pasar tetap menaruh harapan yang besar bahwa hal tersebut akan bisa direalisasikan.

Namun Demikian, beberapa sentimen negatif turut muncul dan menghadang penguatan harga minyak.

Pada Hari kamis, U.S. Energy Information Administration (EIA).merilis rilis data produksi dan cadangan minyak Amerika Serikat (AS).

Dalam rilisnya EIA mengatakan bahwa produksi minyak AS secara mingguan meningkat 1,7% pada 11 Januari 2019 lalu. Hal tersebut membuat produksi minyak AS menorehkan rekor baru dengan produksi 11,9 juta barel/hari.

Sejak Januari 2018, produksi minyak AS sudah meningkat 2,4 juta barel/hari.



Lebih jauh lagi, EIA memprediksi produksi minyak AS masih akan tumbuh tahun ini, dan menembus rekor diatas 12 juta barel/hari, seiring berubahnya AS menjadi net eksportir minyak pada 2020, mengutip Reuters.

Sementara itu, cadangan bensin AS juga naik 7,5 juta barel pada minggu lalu, jauh lebih tinggi daripada konsensus Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 2,8 juta barel.

Melonjaknya cadangan bensin diakibatkan oleh penurunan permintaan akibat dari government shutdown yang masih berlangsung hingga hari ini. Sebanyak 800.000 PNS tidak digaji, sudah pasti akan menurunkan tingkat konsumsi, termasuk bahan bakar.

Melonjaknya pasokan minyak AS membuat pasar khawatir akan timpangnya keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) minyak dunia, membuat harga minyak semakin tertekan.

Selain itu, gaduh politik di Inggris juga turut membuat pasar khawatir akan berlanjutnya perlambatan ekonomi dunia, bahkan lebih parah.

Nasib Brexit yang semakin tidak jelas makin membuat pasar khawatir Inggris akan benar-benar keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun (No Deal Brexit).

Apabila No Deal Brexit sampai terjadi, dampaknya tidak main-main. Bank Sentral Inggris (Bank of England/BoE) memperkirakan No Deal Brexit bisa menyebabkan ekonomi Negeri Ratu Elizabeth terkontraksi hingga 8% pada tahun ini.

Jika Inggris sampai terjebak krisis gara-gara Brexit, maka rantai pasokan global akan terganggu. Dampaknya mirip dengan perang dagang Amerika Serikat-China.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(taa/taa) Next Article Pagi Ini, Harga Minyak Kembali 'Mendidih'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular