
Cuma Melemah Tipis, Nasib Rupiah Tetap Apes

Pada Jumat (18/1/2019) pukul 12:03 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.185 di perdagangan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Mengawali hari ini, rupiah melemah tipis 0,04%. Tidak lama kemudian, rupiah mampu berbalik arah dan menguat sampai 0,18%.
Selepas itu, rupiah galau dengan bolak-balik di zona merah dan hijau. Namun meski melemah atau menguat, gerak rupiah berada di rentang sempit.
Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hingga tengah hari ini:
Seperti rupiah, mayoritas mata uang Asia pun melemah terbatas di hadapan dolar AS. Saking tipisnya pelemahan mata uang Asia lainnya, depresiasi 0,07% saja sudah cukup membuat rupiah menjadi yang terlemah ketiga di Benua Kuning. Rupiah hanya lebih baik dari peso Filipina dan yen Jepang.
Apes betul nasib rupiah, melemah tipis saja sudah masuk jajaran mata uang terlemah di Asia. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:10 WIB:
Sepertinya pelaku pasar sedang dalam kondisi bimbang. Ada sentimen positif dan negatif yang sama-sama signifikan, sehingga menghasilkan pasar yang bergerak labil.
Sentimen negatif yang masih mendera adalah ketidakpastian dari Inggris terkait perkembangan Brexit. Sepertinya Perdana Menteri Inggris Theresa May dan Pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn belum bisa damai, belum bisa duduk bersama untuk menyelesaikan masalah.
Mengutip Reuters, Corbyn menegaskan bahwa May tidak mampu membawa Inggris menghindari ‘jurang’ sehingga politisi Partai Konservatif itu harus mundur. Namun di sisi lain, Corbyn juga tidak ingin terjadi No Deal Brexit (Inggris tidak mendapatkan kompensasi apa-apa). Dia ingin semua masalah diselesaikan sebelum 29 Maret.
Menurut May, posisi Corbyn yang ingin agar dirinya mundur tetapi tidak mau No Deal Brexit adalah hal yang mustahil. Oleh karena itu, May mengajak Corbyn untuk berdialog, bekerja bersama untuk merumuskan solusi.
Kegaduhan di London yang masih terus terjadi membuat nasib Brexit menjadi samar-samar. Belum jelas arahnya mau ke mana, sehingga potensi No Deal Brexit menjadi semakin besar.
Perkembangan ini bisa membuat pelaku pasar terus bermain aman. Pasalnya, Brexit akan menentukan masa depan negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia. Jika Inggris sampai terseret ke jurang krisis karena Brexit, maka dampaknya akan mengglobal.
Namun ada sentimen positif yang membatasi pelemahan mata uang Asia, yaitu damai dagang AS-China. Mengutip Reuters, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China mengungkapkan Wakil Perdana Menteri China Liu He akan berkunjung ke Washington pada 30-31 Januari. Bukan sekadar kunjungan biasa, Wall Street Journal melaporkan beberapa orang sumber mengungkapkan Liu akan berdiskusi dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengenai kemungkinan penghapusan bea masuk untuk berbagai produk made in China.
Damai dagang adalah sebuah berita besar yang sangat mempengaruhi gerak pasar. Kala dua perekonomian terbesar di planet bumi sudah kembali akur, tidak lagi saling hambat di bidang perdagangan, maka akan membuat rantai pasok global kembali bergairah. Arus perdagangan lancar, pertumbuhan ekonomi dunia bisa membaik.
'Tarik tambang' antara dua sentimen ini membuat pelaku pasar memilih berhati-hati. Hasilnya adalah rupiah cs di Asia bergerak penuh kegalauan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
