
Duh, Gara-Gara AS Harga Minyak Anjlok
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
17 January 2019 12:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia hingga siang hari ini (17/1/2019), masih berada di zona merah.
Hingga pukul 12:00 WIB, harga minyak Brent kontrak Maret 2019 anjlok 0,49% ke posisi US$61,02/barel setelah sebelumnya melesat 1,12% kemarin (16/1/2019).
Sedangkan minyak jenis lightsweet (WTI) kontak Februari 2019 amblas 0,59% ke posisi US$52/barel, setelah naik 0,38% pada penutupan perdagangan sebelumnya. Secara mingguan, harga minyak melemah 1,1% secara point-to-point, sedangkan performa tahunan emas hitam ini tercatat turun sekitar 15%.
Melemahnya harga minyak mentah hari ini menyusul rilis data produksi dan cadangan minyak Amerika Serikat (AS) oleh U.S. Energy Information Administration (EIA).
Dalam rilisnya EIA mengatakan, produksi minyak AS secara mingguan meningkat 1,7% pada 11 Januari 2019 lalu. Hal tersebut membuat produksi minyak AS menorehkan rekor baru dengan produksi 11,9 juta barel/hari. Sebagai informasi, sejak Januari 2018, produksi minyak AS sudah meningkat 2,4 juta barel/hari.
Lebih jauh lagi, EIA memprediksi produksi minyak AS masih akan tumbuh tahun ini, dan menembus rekor di atas 12 juta barel/hari, seiring berubahnya AS menjadi net eksportir minyak pada 2020, mengutip Reuters.
Sementara itu, cadangan bensin AS juga naik 7,5 juta barel pada minggu lalu, jauh lebih tinggi daripada konsensus Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 2,8 juta barel.
Melonjaknya cadangan bensin diakibatkan oleh penurunan permintaan akibat dari goverment shutdown yang masih berlangsung hingga hari ini. Sebanyak 800.000 PNS tidak digaji, sudah pasti akan menurunkan tingkat konsumsi, termasuk bahan bakar.
Sejalan dengan peningkatan produksi, nilai ekspor minyak mentah AS juga meningkat. Pada akhir tahun 2018, ekspor minyak AS menyentuh rekor tertinggi pada 3,2 juta barel/hari.
Banjirnya pasokan minyak AS membuat pasar khawatir akan timpangnya keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) minyak dunia, yang membuat harga minyak semakin tertekan.
Untungnya, masih ada usaha dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia untuk memangkas pasokan minyak dunia. Seperti yang telah diketahui, pada awal Desember 2018 OPEC bersama Rusia telah bersepakat untuk mengurangi produksi sebesar 1,2 juta barel/hari mulai Januari 2019.
Ingin mendahului, pada akhir Desember lalu OPEC sudah mencatatkan pemangkasan produksi sebesar 460.000 barel/hari.
Sedangkan Rusia menargetkan kuota pengurangan produksi minyak akan dapat sepenuhnya dicapai pada April 2019.
Dengan adanya harapan pasokan minyak bisa mencapai titik kesetimbangan pada tahun ini, tekanan terhadap harga minyak dapat sedikit diredam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/wed) Next Article Drama Harga Minyak, Bagaimana Nasib RI?
Sedangkan minyak jenis lightsweet (WTI) kontak Februari 2019 amblas 0,59% ke posisi US$52/barel, setelah naik 0,38% pada penutupan perdagangan sebelumnya. Secara mingguan, harga minyak melemah 1,1% secara point-to-point, sedangkan performa tahunan emas hitam ini tercatat turun sekitar 15%.
Dalam rilisnya EIA mengatakan, produksi minyak AS secara mingguan meningkat 1,7% pada 11 Januari 2019 lalu. Hal tersebut membuat produksi minyak AS menorehkan rekor baru dengan produksi 11,9 juta barel/hari. Sebagai informasi, sejak Januari 2018, produksi minyak AS sudah meningkat 2,4 juta barel/hari.
Lebih jauh lagi, EIA memprediksi produksi minyak AS masih akan tumbuh tahun ini, dan menembus rekor di atas 12 juta barel/hari, seiring berubahnya AS menjadi net eksportir minyak pada 2020, mengutip Reuters.
Sementara itu, cadangan bensin AS juga naik 7,5 juta barel pada minggu lalu, jauh lebih tinggi daripada konsensus Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 2,8 juta barel.
Melonjaknya cadangan bensin diakibatkan oleh penurunan permintaan akibat dari goverment shutdown yang masih berlangsung hingga hari ini. Sebanyak 800.000 PNS tidak digaji, sudah pasti akan menurunkan tingkat konsumsi, termasuk bahan bakar.
Sejalan dengan peningkatan produksi, nilai ekspor minyak mentah AS juga meningkat. Pada akhir tahun 2018, ekspor minyak AS menyentuh rekor tertinggi pada 3,2 juta barel/hari.
Banjirnya pasokan minyak AS membuat pasar khawatir akan timpangnya keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) minyak dunia, yang membuat harga minyak semakin tertekan.
Untungnya, masih ada usaha dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia untuk memangkas pasokan minyak dunia. Seperti yang telah diketahui, pada awal Desember 2018 OPEC bersama Rusia telah bersepakat untuk mengurangi produksi sebesar 1,2 juta barel/hari mulai Januari 2019.
Ingin mendahului, pada akhir Desember lalu OPEC sudah mencatatkan pemangkasan produksi sebesar 460.000 barel/hari.
Sedangkan Rusia menargetkan kuota pengurangan produksi minyak akan dapat sepenuhnya dicapai pada April 2019.
Dengan adanya harapan pasokan minyak bisa mencapai titik kesetimbangan pada tahun ini, tekanan terhadap harga minyak dapat sedikit diredam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/wed) Next Article Drama Harga Minyak, Bagaimana Nasib RI?
Most Popular