
Analisis Teknikal
Waspada! Dolar AS Bangkit, Mata Uang Kuat Siap Dilibas
tahir saleh & Yazid Muamar, CNBC Indonesia
14 January 2019 14:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Hampir semua mata uang kuat dunia melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), kecuali yen Jepang dan yuan China. Hal ini ditunjukkan oleh index dollar (DXY), yang cenderung menguat setelah menyentuh level 95,53.
Investor tengah cemas menantikan perkembangan di Inggris. Pada 15 Januari waktu setempat, parlemen Inggris akan menggelar voting untuk menerima atau menolak proposal Brexit yang disusun pemerintahan Perdana Menteri Theresa May.
Di tengah upaya May meraih simpati parlemen, posisinya juga digoyang oleh Partai Buruh. Jeremy Corbyn, Pemimpin Partai Buruh, menegaskan bahwa pihaknya akan mendorong pelaksanaan pemilu yang dipercepat yaitu pada Februari atau Maret. Sedianya pemilu di Negeri Ratu Elizabeth baru dilakukan pada 2022.
Jika kemudian dalam pemilu tersebut Partai Buruh menjadi pemenang, maka Corbyn mengusulkan negosiasi ulang dengan Brussel. Dia menilai masih ada waktu sebelum Inggris resmi berpisah dengan Uni Eropa pada 29 Maret mendatang.
Ketidakpastian politik di Inggris ini membuat pasar memilih bermain aman. Pelaku pasar lebih menyukai instrumen aman (safe haven) seperti yen Jepang. Aset-aset berisiko di negara berkembang seperti Indonesia mengalami tekanan jual.
Secara teknikal, posisi dolar AS mulai menguat terhadap pembanding mata uang kuat lainnya. Hal ini terlihat dari posisi DXY yang sempat menguat 0,03% dengan berada di posisi 96,68.
Pergerakannya yang cenderung menguat juga ditunjukkan dengan level posisinya yang lebih tinggi dibandingkan rata-ratanya selama lima hari (moving average/MA5).
Mengacu kepada indikator teknikal stochastic slow, posisi dolar AS cenderung bangkit dan keluar dari level jenuh jualnya (oversold).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam) Next Article Video: Perang Masih Panas, Bisnis Packaging Kertas Bersiap Antisipasi
Investor tengah cemas menantikan perkembangan di Inggris. Pada 15 Januari waktu setempat, parlemen Inggris akan menggelar voting untuk menerima atau menolak proposal Brexit yang disusun pemerintahan Perdana Menteri Theresa May.
Di tengah upaya May meraih simpati parlemen, posisinya juga digoyang oleh Partai Buruh. Jeremy Corbyn, Pemimpin Partai Buruh, menegaskan bahwa pihaknya akan mendorong pelaksanaan pemilu yang dipercepat yaitu pada Februari atau Maret. Sedianya pemilu di Negeri Ratu Elizabeth baru dilakukan pada 2022.
Ketidakpastian politik di Inggris ini membuat pasar memilih bermain aman. Pelaku pasar lebih menyukai instrumen aman (safe haven) seperti yen Jepang. Aset-aset berisiko di negara berkembang seperti Indonesia mengalami tekanan jual.
Secara teknikal, posisi dolar AS mulai menguat terhadap pembanding mata uang kuat lainnya. Hal ini terlihat dari posisi DXY yang sempat menguat 0,03% dengan berada di posisi 96,68.
![]() |
Mengacu kepada indikator teknikal stochastic slow, posisi dolar AS cenderung bangkit dan keluar dari level jenuh jualnya (oversold).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam) Next Article Video: Perang Masih Panas, Bisnis Packaging Kertas Bersiap Antisipasi
Most Popular