
Lagi, Rupiah Terusir dari Singgasana Raja Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 January 2019 12:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekali adalah kecelakaan, dua kali adalah kebetulan, tapi tiga kali adalah pola. Rupiah sudah mengalaminya dua kali, jadi mungkin masih kebetulan. Semoga tidak menjadi pola.
Pada Rabu (9/1/2018) pukul 12:11 WIB, US$ 1 di perdagangan pasar spot setara dengan Rp 14.170. Rupiah melemah 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Padahal, rupiah dibuka menguat 0,28%. Namun memang selepas itu apresiasi rupiah semakin tipis dan akhir melemah jelang tengah hari.
Hal yang sama terjadi kemarin. Rupiah yang sempat perkasa dan mampu mendorong dolar AS ke bawah Rp 14.000 berbalik melemah jelang tengah hari.
Ini baru terjadi dua kali, sehingga mungkin belum menjadi pola. Namun kewaspadaan tidak boleh kendur.
Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hingga pukul 12:03 WIB:
Masih seperti kemarin, mata uang Asia yang sempat perkasa di hadapan dolar AS siang ini mulai mundur teratur. Kebangkitan dolar AS kembali terjadi, hanya menyisakan won Korea Selatan, ringgit Malaysia, dolar Singapura, dan dolar Taiwan yang menguat.
Dengan depresiasi 0,21%, rupiah menjadi mata uang terlemah kedua di Asia. Rupiah hanya lebih baik dibandingkan rupee India.
Pagi tadi, rupiah sempat merasakan manisnya mahkota raja Asia. Namun kini, sang raja harus terusir dari singgasananya.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 12:13 WIB:
Sejak awal tahun hingga kemarin, rupiah menguat 1,63%. Penguatan rupiah lebih tajam ketimbang mata uang utama Asia lainnya, seperti yen Jepang (0,76%), yuan China (0,34%), dolar Singapura (0,37%), atau ringgit Malaysia (0,34%).
Apresiasi rupiah yang signifikan tersebut membuat investor terpancing untuk melakukan profit taking. Aksi jual pun melanda dan rupiah terperosok ke area depresiasi.
Selain itu, perkembangan harga minyak juga kurang suportif buat rupiah. Pada pukul 12:18 WIB, harga minyak jenis brent naik 1,31% dan light sweet bertambah 1,57%.
Sejak awal tahun hingga kemarin, harga brent melesat 9,14%. Sedangkan light sweet melonjak 9,62%.
Kenaikan harga minyak yang berlangsung konstan menimbulkan kekhawatiran terhadap prospek transaksi berjalan (current account) Indonesia. Jika tren ini berlanjut, maka beban impor minyak akan semakin besar sehingga defisit transaksi berjalan kian lebar.
Tanpa pasokan valas yang memadai dari ekspor-impor barang dan jasa, rupiah akan kekurangan' darah'. Fundamental penyokong rupiah menjadi rapuh sehingga rentan melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Rabu (9/1/2018) pukul 12:11 WIB, US$ 1 di perdagangan pasar spot setara dengan Rp 14.170. Rupiah melemah 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Padahal, rupiah dibuka menguat 0,28%. Namun memang selepas itu apresiasi rupiah semakin tipis dan akhir melemah jelang tengah hari.
Hal yang sama terjadi kemarin. Rupiah yang sempat perkasa dan mampu mendorong dolar AS ke bawah Rp 14.000 berbalik melemah jelang tengah hari.
Ini baru terjadi dua kali, sehingga mungkin belum menjadi pola. Namun kewaspadaan tidak boleh kendur.
Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hingga pukul 12:03 WIB:
Masih seperti kemarin, mata uang Asia yang sempat perkasa di hadapan dolar AS siang ini mulai mundur teratur. Kebangkitan dolar AS kembali terjadi, hanya menyisakan won Korea Selatan, ringgit Malaysia, dolar Singapura, dan dolar Taiwan yang menguat.
Dengan depresiasi 0,21%, rupiah menjadi mata uang terlemah kedua di Asia. Rupiah hanya lebih baik dibandingkan rupee India.
Pagi tadi, rupiah sempat merasakan manisnya mahkota raja Asia. Namun kini, sang raja harus terusir dari singgasananya.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 12:13 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Sepertinya karma mulai menyerang rupiah. Penguatan rupiah yang cukup tajam menjadi bumerang, membuat mata uang Tanah Air rentan terserang technical correction. Sejak awal tahun hingga kemarin, rupiah menguat 1,63%. Penguatan rupiah lebih tajam ketimbang mata uang utama Asia lainnya, seperti yen Jepang (0,76%), yuan China (0,34%), dolar Singapura (0,37%), atau ringgit Malaysia (0,34%).
Apresiasi rupiah yang signifikan tersebut membuat investor terpancing untuk melakukan profit taking. Aksi jual pun melanda dan rupiah terperosok ke area depresiasi.
Selain itu, perkembangan harga minyak juga kurang suportif buat rupiah. Pada pukul 12:18 WIB, harga minyak jenis brent naik 1,31% dan light sweet bertambah 1,57%.
Sejak awal tahun hingga kemarin, harga brent melesat 9,14%. Sedangkan light sweet melonjak 9,62%.
Kenaikan harga minyak yang berlangsung konstan menimbulkan kekhawatiran terhadap prospek transaksi berjalan (current account) Indonesia. Jika tren ini berlanjut, maka beban impor minyak akan semakin besar sehingga defisit transaksi berjalan kian lebar.
Tanpa pasokan valas yang memadai dari ekspor-impor barang dan jasa, rupiah akan kekurangan' darah'. Fundamental penyokong rupiah menjadi rapuh sehingga rentan melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular