
Rupiah Berjaya, Dolar AS Sudah di Bawah Rp 14.000!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 January 2019 08:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) belum bosan menguat. Membanjirnya sentimen positif di dalam dan luar negeri memuluskan jalan rupiah di jalur hijau.
Pada Selasa (9/1/2019), dolar AS memulai perdagangan pasar spot di posisi Rp 14.045. Rupiah menguat 0,45% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin menguat. Pada pukul 08:05 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.995 di mana rupiah menguat 0,64%. Dolar AS sudah di bawah Rp 14.000 dan rupiah menyentuh titik terkuat sejak 21 Juni 2018.
Dalam 2 hari perdagangan terakhir, rupiah bukan sekedar menguat tetapi terapresiasi signifikan. Pagi ini, jalan ke arah sana kembali terbuka.
Pasalnya, rupiah masih mempertahankan takhta sebagai mata uang terbaik Asia. Dalam hal menguat terhadap dolar AS, tidak ada mata uang Benua Kuning yang sebaik rupiah.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 08:07 WIB:
Meski belum ada bocoran mengenai hasilnya, tetapi aura positif sudah menyeruak. Washington pun optimistis pertemuan di Beijing akan membuahkan hasil yang memuaskan.
“Saya rasa ada kemungkinan besar bahwa kami akan mencapai kesepakatan yang memuaskan dengan China. Kami akan bisa menerimanya dan mencakup seluruh isu,” tegas Wilbur Ross, Menteri Perdagangan AS, dalam wawancara dengan CNBC International.
Pernyataan Ross semakin melambungkan keyakinan bahwa AS dan China akan mampu mencapai kesepakatan damai dagang. Sepertinya perang dagang yang memanas sejak awal tahun lalu bisa segera resmi diakhiri.
Tidak cuma buat AS dan China, damai dagang juga akan membuat ekonomi global lebih semarak. Hambatan rantai pasok akan sirna, sehingga arus perdagangan meningkat dan pertumbuhan ekonomi terakselerasi.
Ini membuat investor tidak bermain aman dan masuk ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang. Rupiah pun menangguk hasil yang lumayan.
Sementara dari dalam negeri, kemarin dan dini hari tadi dirilis data ekonomi yang ciamik. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Desember 2018 tercatat 127, naik 4,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Angka Desember menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2018.
Kenaikan IKK mencerminkan optimisme akan perekonomian Indonesia. Konsumen percaya bahwa perekonomian dalam negeri berada dalam keadaan yang kondusif, dan masih akan tumbuh mantap.
Data berikutnya adalah cadangan devisa Desember 2018 yang sebesar US$ 120,7 miliar. Naik signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yaitu US$ 117,21 miliar.
“Peningkatan cadangan devisa pada Desember 2018 terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa migas, penerbitan global bonds, dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah,” sebut keterangan tertulis BI.
Cadangan devisa yang semakin tebal tentu membuat BI memiliki amunisi lebih jika ingin melakukan intervensi di pasar. Dengan modal yang lebih tinggi, BI akan lebih mampu menjaga rupiah tetap stabil sesuai nilai fundamentalnya.
Pelaku pasar juga akan lebih tenang jika BI punya ‘peluru’ yang cukup untuk mengawal rupiah. Nilai tukar yang stabil dengan volatilitas rendah adalah idaman pelaku pasar, dan itu bisa diwujudkan dengan cadangan devisa yang memadai.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Selasa (9/1/2019), dolar AS memulai perdagangan pasar spot di posisi Rp 14.045. Rupiah menguat 0,45% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin menguat. Pada pukul 08:05 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.995 di mana rupiah menguat 0,64%. Dolar AS sudah di bawah Rp 14.000 dan rupiah menyentuh titik terkuat sejak 21 Juni 2018.
Pasalnya, rupiah masih mempertahankan takhta sebagai mata uang terbaik Asia. Dalam hal menguat terhadap dolar AS, tidak ada mata uang Benua Kuning yang sebaik rupiah.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 08:07 WIB:
![]() |
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Berbagai sentimen positif menerpa rupiah dan mata uang Asia. Dari sisi eksternal, investor menantikan hasil pertemuan AS-China di Beijing yang dimulai sejak kemarin dan rencananya berakhir hari ini.Meski belum ada bocoran mengenai hasilnya, tetapi aura positif sudah menyeruak. Washington pun optimistis pertemuan di Beijing akan membuahkan hasil yang memuaskan.
“Saya rasa ada kemungkinan besar bahwa kami akan mencapai kesepakatan yang memuaskan dengan China. Kami akan bisa menerimanya dan mencakup seluruh isu,” tegas Wilbur Ross, Menteri Perdagangan AS, dalam wawancara dengan CNBC International.
Pernyataan Ross semakin melambungkan keyakinan bahwa AS dan China akan mampu mencapai kesepakatan damai dagang. Sepertinya perang dagang yang memanas sejak awal tahun lalu bisa segera resmi diakhiri.
Tidak cuma buat AS dan China, damai dagang juga akan membuat ekonomi global lebih semarak. Hambatan rantai pasok akan sirna, sehingga arus perdagangan meningkat dan pertumbuhan ekonomi terakselerasi.
Ini membuat investor tidak bermain aman dan masuk ke instrumen berisiko di negara-negara berkembang. Rupiah pun menangguk hasil yang lumayan.
Sementara dari dalam negeri, kemarin dan dini hari tadi dirilis data ekonomi yang ciamik. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Desember 2018 tercatat 127, naik 4,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Angka Desember menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2018.
Kenaikan IKK mencerminkan optimisme akan perekonomian Indonesia. Konsumen percaya bahwa perekonomian dalam negeri berada dalam keadaan yang kondusif, dan masih akan tumbuh mantap.
Data berikutnya adalah cadangan devisa Desember 2018 yang sebesar US$ 120,7 miliar. Naik signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yaitu US$ 117,21 miliar.
“Peningkatan cadangan devisa pada Desember 2018 terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa migas, penerbitan global bonds, dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah,” sebut keterangan tertulis BI.
Cadangan devisa yang semakin tebal tentu membuat BI memiliki amunisi lebih jika ingin melakukan intervensi di pasar. Dengan modal yang lebih tinggi, BI akan lebih mampu menjaga rupiah tetap stabil sesuai nilai fundamentalnya.
Pelaku pasar juga akan lebih tenang jika BI punya ‘peluru’ yang cukup untuk mengawal rupiah. Nilai tukar yang stabil dengan volatilitas rendah adalah idaman pelaku pasar, dan itu bisa diwujudkan dengan cadangan devisa yang memadai.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular