
Penguatan Rupiah Tak Mampu Tahan Koreksi Obligasi
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
04 January 2019 18:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi pada penghujung pekan ini di tengah sentimen shutdown dan perlambatan ekonomi.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun.
Seri yang paling terkoreksi adalah seri pendek 5 tahun, dengan kenaikan yield 12 basis poin (bps) menjadi 8,02%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 4 Jan 2019
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.
Indeks tersebut naik 0,25 poin (0,11%) menjadi 236,07 dari posisi kemarin 235,82.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 547 bps, melebar dari posisi kemarin 543 bps.
Koreksi pasar terjadi justru ketika rupiah menguat dan merajai regional Asia.
Nilai tukar rupiah terbang 0,97% menjadi Rp 14.265 di hadapan tiap dolar AS. Penguatan dolar AS seiring seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,15% menjadi 96,168.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan dialami pasar China, Filipina, Rusia, dan Afsel, sedangkan koreksi masih dialami Brasil, India, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Di negara maju, penguatan hanya dialami pasar JGB Jepang dan US Treasury di AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun.
Seri yang paling terkoreksi adalah seri pendek 5 tahun, dengan kenaikan yield 12 basis poin (bps) menjadi 8,02%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 4 Jan 2019
Seri | Jatuh tempo | Yield 3 Jan 2019 (%) | Yield 4 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 4 Jan'19 |
FR0063 | 2023 | 7.9 | 8.021 | 12.10 | 7.866 |
FR0064 | 2028 | 8.077 | 8.083 | 0.60 | 7.9465 |
FR0065 | 2035 | 8.29 | 8.367 | 7.70 | 8.3076 |
FR0075 | 2038 | 8.448 | 8.482 | 3.40 | 8.4337 |
Avg movement | 5.95 |
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.
Indeks tersebut naik 0,25 poin (0,11%) menjadi 236,07 dari posisi kemarin 235,82.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 547 bps, melebar dari posisi kemarin 543 bps.
Koreksi pasar terjadi justru ketika rupiah menguat dan merajai regional Asia.
Nilai tukar rupiah terbang 0,97% menjadi Rp 14.265 di hadapan tiap dolar AS. Penguatan dolar AS seiring seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,15% menjadi 96,168.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan dialami pasar China, Filipina, Rusia, dan Afsel, sedangkan koreksi masih dialami Brasil, India, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Di negara maju, penguatan hanya dialami pasar JGB Jepang dan US Treasury di AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 3 Jan 2019 (%) | Yield 4 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.18 | 9.18 | 0.00 |
China | 3.191 | 3.176 | -1.50 |
Jerman | 0.151 | 0.182 | 3.10 |
Perancis | 0.645 | 0.674 | 2.90 |
Inggris | 1.195 | 1.251 | 5.60 |
India | 7.354 | 7.457 | 10.30 |
Italia | 2.889 | 2.832 | -5.70 |
Jepang | 0.002 | -0.032 | -3.40 |
Malaysia | 4.077 | 4.082 | 0.50 |
Filipina | 6.931 | 6.855 | -7.60 |
Rusia | 8.69 | 8.68 | -1.00 |
Singapura | 2.053 | 2.132 | 7.90 |
Thailand | 2.41 | 2.47 | 6.00 |
Turki | 16.34 | 16.1 | -24.00 |
Amerika Serikat | 2.553 | 2.606 | 5.30 |
Afrika Selatan | 8.935 | 8.775 | -16.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Most Popular