
Bursa Saham Asia Memerah, IHSG Malah Menguat 0,27%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 January 2019 12:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka melemah tipis 0,08%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan sesi 1 dengan penguatan sebesar 0,27% ke level 6.197,65.
IHSG berhasil menguat ditengah-tengah pelemahan bursa saham utama kawasan Asia: indeks Shanghai turun 0,12%, indeks Hang Seng turun 0,52%, indeks Strait Times turun 0,88%, dan indeks Kospi turun 0,31%.
Bursa saham kawasan Asia dipukul mundur oleh sinyal perlambatan ekonomi yang begitu kuat. Sinyal ini datang dari berbagai rilis data ekonomi yang diumumkan kemarin (2/1/2019).
Manufacturing PMI China periode Desember versi Caixin diumumkan di level 49,7, turun dari capaian bulan November yang sebesar 50,2. Capaian ini juga berada di bawah konsensus yang sebesar 50,1, seperti dilansir dari Trading Economics.
Sebagai informasi, data tersebut menggambarkan tingkat aktivitas manufaktur di China dan angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kontraksi pada bulan Desember merupakan yang pertama dalam 19 bulan, seperti dilansir dari CNBC International.
Di Singapura, pembacaan awal untuk pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2018 diumumkan sebesar 2,2% YoY, jauh di bawah konsensus yang sebesar 2,7% YoY.
Kemudian di Korea Selatan, Manufacturing PMI periode Desember versi Nikkei diumumkan di level 49,8. Sejatinya, capaian periode Desember membaik ketimbang November yang sebesar 48,6. Namun, angkanya tetap saja di bawah 50 atau masih menunjukkan adanya kontraksi. Penutupan sebagian pemerintahan AS (partial government shutdown) juga membuat investor panik. Hingga hari ini, terhitung sudah 12 hari pemerintahan AS berjalan dengan ‘pincang’.
Sekadar mengingatkan, partial government shutdown terjadi seiring dengan penolakan Partai Demokrat terkait dengan anggaran pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko senilai US$ 5 miliar.
Sejatinya, ada kabar positif berupa sinyal dari Presiden AS Donald Trump bahwa dirinya akan melunak untuk membuat pemerintahan kembali beroperasi secara penuh. Hal ini diungkapkannya melalui cuitan di akun Twitter pasca mengundang pimpinan House of Representatives dan Senate dari Partai Demokrat dan Republik ke Gedung Putih untuk mengikuti pemaparan terkait keamanan perbatasan.
“….Saya tetap siap dan ingin bekerja dengan Demokrat untuk meloloskan rancangan undang-undang yang mengamankan perbatasan kita, mendukung para agen dan petugas di lapangan, dan menjaga Amerika aman. Mari menyelesaikannya!” cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump.
Namun, investor lebih memilih melihat fakta bahwa pertemuan tersebut tak berhasil membuahkan kesepakatan yang akan membuat pemerintahan kembali beroperasi secara penuh.
“Ini (partial government shutdown) akan berlanjut untuk beberapa saat,” kata seorang pejabat Gedung Putih, dikutip dari CNN. Dari dalam negeri, rilis data inflasi terbukti masih ampuh dalam menopang kinerja IHSG. Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi bulan Desember sebesar 0,62% MoM atau 3,13% YoY. Capaian ini mengalahkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni 3,04% YoY.
Angka inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi dimaknai sebagai sinyal menggeliatnya konsumsi masyarakat Indonesia pada musim liburan kemarin.
Pada rilis Indeks Penjualan Riil (IPR) oleh Bank Indonesia (BI) bulan lalu, angka sementara untuk pertumbuhan IPR periode November adalah sebesar 3,4% YoY, membaik dari capaian bulan Oktober yang sebesar 2,9% YoY. Capaian tersebut juga mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,5% YoY.
Pada bulan Desember, pertumbuhan penjualan barang-barang ritel diharapkan bisa bertambah pesat, seiring dengan kehadiran libur hari raya Natal dan tahun baru. Kuatnya angka inflasi bulan Desember lantas semakin mengonfirmasi harapan investor bahwa pertumbuhan penjualan barang-barang ritel akan bertambah pesat.
Merespons hal tersebut, aksi beli atas saham-saham barang konsumsi dilakukan, mendorong indeks sektor barang konsumsi menguat sebesar 0,62% dan menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG.
Saham-saham barang konsumsi yang diburu investor diantaranya: PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF ( 2,41%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP ( 1,92%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR ( 1,19%), dan PT HM Sampoerna Tbk/HMSP ( 1,06%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
IHSG berhasil menguat ditengah-tengah pelemahan bursa saham utama kawasan Asia: indeks Shanghai turun 0,12%, indeks Hang Seng turun 0,52%, indeks Strait Times turun 0,88%, dan indeks Kospi turun 0,31%.
Bursa saham kawasan Asia dipukul mundur oleh sinyal perlambatan ekonomi yang begitu kuat. Sinyal ini datang dari berbagai rilis data ekonomi yang diumumkan kemarin (2/1/2019).
Sebagai informasi, data tersebut menggambarkan tingkat aktivitas manufaktur di China dan angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kontraksi pada bulan Desember merupakan yang pertama dalam 19 bulan, seperti dilansir dari CNBC International.
Di Singapura, pembacaan awal untuk pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2018 diumumkan sebesar 2,2% YoY, jauh di bawah konsensus yang sebesar 2,7% YoY.
Kemudian di Korea Selatan, Manufacturing PMI periode Desember versi Nikkei diumumkan di level 49,8. Sejatinya, capaian periode Desember membaik ketimbang November yang sebesar 48,6. Namun, angkanya tetap saja di bawah 50 atau masih menunjukkan adanya kontraksi. Penutupan sebagian pemerintahan AS (partial government shutdown) juga membuat investor panik. Hingga hari ini, terhitung sudah 12 hari pemerintahan AS berjalan dengan ‘pincang’.
Sekadar mengingatkan, partial government shutdown terjadi seiring dengan penolakan Partai Demokrat terkait dengan anggaran pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko senilai US$ 5 miliar.
Sejatinya, ada kabar positif berupa sinyal dari Presiden AS Donald Trump bahwa dirinya akan melunak untuk membuat pemerintahan kembali beroperasi secara penuh. Hal ini diungkapkannya melalui cuitan di akun Twitter pasca mengundang pimpinan House of Representatives dan Senate dari Partai Demokrat dan Republik ke Gedung Putih untuk mengikuti pemaparan terkait keamanan perbatasan.
“….Saya tetap siap dan ingin bekerja dengan Demokrat untuk meloloskan rancangan undang-undang yang mengamankan perbatasan kita, mendukung para agen dan petugas di lapangan, dan menjaga Amerika aman. Mari menyelesaikannya!” cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump.
Namun, investor lebih memilih melihat fakta bahwa pertemuan tersebut tak berhasil membuahkan kesepakatan yang akan membuat pemerintahan kembali beroperasi secara penuh.
“Ini (partial government shutdown) akan berlanjut untuk beberapa saat,” kata seorang pejabat Gedung Putih, dikutip dari CNN. Dari dalam negeri, rilis data inflasi terbukti masih ampuh dalam menopang kinerja IHSG. Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi bulan Desember sebesar 0,62% MoM atau 3,13% YoY. Capaian ini mengalahkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni 3,04% YoY.
Angka inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi dimaknai sebagai sinyal menggeliatnya konsumsi masyarakat Indonesia pada musim liburan kemarin.
Pada rilis Indeks Penjualan Riil (IPR) oleh Bank Indonesia (BI) bulan lalu, angka sementara untuk pertumbuhan IPR periode November adalah sebesar 3,4% YoY, membaik dari capaian bulan Oktober yang sebesar 2,9% YoY. Capaian tersebut juga mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,5% YoY.
Pada bulan Desember, pertumbuhan penjualan barang-barang ritel diharapkan bisa bertambah pesat, seiring dengan kehadiran libur hari raya Natal dan tahun baru. Kuatnya angka inflasi bulan Desember lantas semakin mengonfirmasi harapan investor bahwa pertumbuhan penjualan barang-barang ritel akan bertambah pesat.
Merespons hal tersebut, aksi beli atas saham-saham barang konsumsi dilakukan, mendorong indeks sektor barang konsumsi menguat sebesar 0,62% dan menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG.
Saham-saham barang konsumsi yang diburu investor diantaranya: PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF ( 2,41%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP ( 1,92%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR ( 1,19%), dan PT HM Sampoerna Tbk/HMSP ( 1,06%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Most Popular